RIAU24.COM - Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto dipaksa mengundurkan diri pada hari Rabu (21 Mei) setelah ia mengatakan bahwa ia tidak pernah harus membeli beras karena ia mendapatkannya dari para pendukungnya sebagai hadiah.
Hal ini terjadi di tengah negara tersebut yang menghadapi kekurangan beras yang dipicu oleh panen yang buruk dan meningkatnya biaya produksi.
Komentar menteri yang dipandang banyak orang tidak sesuai dengan realitas ekonomi itu disampaikan dalam sebuah seminar hari Minggu untuk Partai Demokrat Liberal, yang merupakan partai minoritas dan akan bertarung dalam pemilu nasional pada bulan Juli.
"Saya membuat pernyataan yang sangat tidak pantas di saat konsumen sedang berjuang menghadapi harga beras yang melonjak," kata Eto kepada wartawan setelah mengajukan pengunduran dirinya di kantor perdana menteri, seperti dilaporkan kantor berita AP.
Untuk mengendalikan kenaikan harga, pemerintah telah melepaskan berton-ton beras dari stok daruratnya dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tampaknya dampak dari langkah ini hanya kecil.
Harga beras di supermarket mencapai rekor 4.268 yen untuk 5 kg pada minggu yang berakhir pada 11 Mei dari 4.214 yen pada minggu sebelumnya.
Menurut laporan, ini hampir dua kali lipat harga tahun 2024.
Kekurangan itu dimulai pada bulan Agustus tahun lalu setelah pemerintah meminta masyarakat untuk bersiap menghadapi gempa bumi besar.
Hal ini menyebabkan kepanikan membeli beras, makanan pokok Jepang.
Namun, tekanan pasokan mereda setelah panen musim gugur, tetapi harga kembali naik, demikian dilaporkan AP.
Cuaca panas pada tahun 2023 dan biaya pupuk serta biaya produksi lainnya yang lebih tinggi ditunjukkan oleh pejabat pemerintah sebagai alasan krisis beras di negara tersebut.
Pemerintah telah melepas berton-ton beras stok di pasar tetapi sejauh ini hal ini belum memberi dampak apa pun terhadap harga, menurut beberapa laporan.
(***)