RIAU24.COM - CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan memengaruhi setiap pekerjaan di dunia, namun bukan AI yang akan mengambil pekerjaan manusia.
Dalam pidatonya di Konferensi Global Milken Institute 2025, Huang memperingatkan bahwa ancaman sebenarnya bukanlah AI itu sendiri, melainkan mereka yang tidak dapat memanfaatkannya dengan efektif.
"Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI, tapi karena seseorang yang menggunakan AI," ujar Huang dikutip dari The Economic Times, Rabu (14/5).
Huang menyebutkan bahwa meskipun setiap pekerjaan akan terdampak oleh AI, tidak semua pekerjaan akan digantikan. Sebaliknya, beberapa pekerjaan baru akan tercipta, dan sebagian besar pekerjaan akan mengalami perubahan signifikan.
Baca Juga: Sistem Keamanan Baru, Google Bikin HP Android Curian Makin Susah Dijual
Menurut Huang, ketakutan yang beredar mengenai pengangguran massal akibat otomatisasi tidak sepenuhnya akurat.
"Ancaman sebenarnya bukanlah AI itu sendiri, melainkan mereka yang tertinggal dalam mempelajari dan memanfaatkan AI secara efektif," tegasnya.
Huang mengingatkan bahwa pekerja yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini akan menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.
"Anda tidak akan kehilangan pekerjaan karena AI, tapi Anda akan kehilangan pekerjaan karena seseorang yang menggunakan AI," ujar Huang.
Pernyataan ini menjadi ajakan bagi para profesional untuk segera memanfaatkan potensi AI daripada menolaknya, agar tidak tertinggal dalam persaingan global.
Kekurangan Tenaga Kerja Global dan Peluang Baru dari AI Huang juga menyoroti fakta kekurangan tenaga kerja global. Menurutnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, ada peluang untuk memasukkan kembali 30 hingga 40 juta pekerja ke dalam angkatan kerja melalui pemanfaatan AI.
AI, lanjut Huang, memiliki kemampuan untuk mengurangi hambatan bagi pekerjaan-pekerjaan kompleks yang sebelumnya memerlukan keahlian tinggi, seperti pengkodean.
Dalam pidatonya, Huang memperkenalkan konsep “vibe coding,” yaitu cara baru dalam berinteraksi dengan sistem pemrograman melalui gambar, perintah teks, dan suara.
Dengan kemampuan ini, AI menjadi lebih inklusif, memungkinkan orang-orang non-teknis untuk terlibat dalam dunia pemrograman.
"AI dapat berbicara dalam bahasa apapun yang Anda inginkan," ujar Huang, menegaskan potensi besar dari teknologi ini.
Huang menilai bahwa kecerdasan buatan adalah salah satu sarana terbaik untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global.
AI dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, dan memperluas partisipasi ekonomi, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Baca Juga: Tiga HP Android Ini Tak Akan Pakai Layanan Google Lagi, Ini Alasannya
Huang juga memberikan pesan tegas kepada profesional untuk tidak mengabaikan teknologi ini.
"Jangan menjadi orang yang mengabaikan teknologi ini, karena itu akan merugikan Anda sendiri," ujarnya.
Meskipun kekhawatiran mengenai disrupsi pekerjaan masih tinggi, laporan terbaru, termasuk dari SEO.AI, menunjukkan bahwa hanya sekitar 14 persen pekerja yang terpengaruh oleh AI. Dampak langsung AI terhadap pekerjaan ternyata lebih rendah dari yang dibayangkan banyak orang.