Dekat dengan Kapolri dan Wakil Ketua DPR, Sinyal Rocky Gerung Masuk Pemerintahan Prabowo? 

R24/zura
Dekat dengan Kapolri dan Wakil Ketua DPR, Sinyal Rocky Gerung Masuk Pemerintahan Prabowo? 
Dekat dengan Kapolri dan Wakil Ketua DPR, Sinyal Rocky Gerung Masuk Pemerintahan Prabowo? 

RIAU24.COM -Foto-foto Rocky Gerung berbicara di podium, berdampingan dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, lalu bersanding akrab dengan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, sontak memicu spekulasi liar di ruang politik nasional. 

Di tengah rumor reshuffle kabinet yang berhembus kencang, banyak yang bertanya: apakah oposisi intelektual paling vokal ini tengah menapaki jalan menuju kekuasaan?

Rocky Gerung menepis tuduhan itu. Ia menjelaskan kehadirannya di Riau, dalam acara bertajuk Jambore Kebakaran Hutan dan Lahan, murni berbicara tentang lingkungan. 

"Saya hadir atas undangan Kapolda Riau, Pak Harry Heryawan, untuk memulai era baru yang disebut green policing," kata Rocky, melansir kanal YouTube miliknya, Senin (28/4/2025)

Program ini, menurutnya, bertujuan melibatkan Polri di garis depan dalam upaya penghijauan dan penegakan hukum lingkungan.

Namun, realitas politik tak sesederhana narasi akademik. Dalam tradisi politik Indonesia, pertemuan dengan pejabat tinggi negara – apalagi Kapolri dan Wakil Ketua DPR dari partai penguasa baru, Gerindra – kerap dibaca sebagai isyarat perubahan haluan. 

Terlebih, Rocky sendiri mengakui bahwa kegiatan itu digagas bersama Tumbuh Institute, lembaga inisiasi dirinya, yang kini menjalin kolaborasi erat dengan institusi negara.

"Ada foto es krim, ada jenderal-jenderal di belakang, tapi itu bagian dari upaya mempertemukan akademisi, aparat, dan pemerintah daerah dalam proyek etika lingkungan," kata Rocky lagi. 

Penjelasan yang rasional – namun, dalam kacamata politik realpolitik, justru mempertebal aroma transaksional di balik layar.

Spekulasi semakin bergulir karena dalam berbagai kesempatan, Rocky kerap menyentil soal pentingnya memperbaiki etika kekuasaan. Kali ini, ia berbicara tentang "menanam akal sehat" dan "menghijaukan Indonesia melalui kekuatan negara." Sebuah dialektika yang, bagi sebagian pengamat, terasa menggeser posisi Rocky dari sekadar public intellectual ke political actor.

"Saya latih anak muda berpikir radikal tentang lingkungan. Pohon bukan sekadar batang hidup, tapi sungai vertikal yang menghidupi bumi," ujar Rocky, mengutip teorinya tentang fotosintesis dan ekologi sosial. 

Ia menguraikan panjang tentang "hak asasi alam" dan pentingnya "persahabatan manusia dengan lingkungan," mengutip pemikiran Profesor Robertus Robet.

Meski narasi Rocky mengilustrasikan idealisme, wartawan mencium sesuatu yang lebih dari sekadar penanaman pohon. 

"Ada bisik-bisik antara Rocky dan Kapolri," kata Hersubeno Arief, yang mewawancarainya.

Dalam budaya politik Indonesia, bisik-bisik jarang berakhir di hutan — biasanya bermuara ke Istana.

Apalagi, momen ini beririsan dengan momentum politik nasional. Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang kini bersiap merombak kabinet, tengah mencari figur yang mampu menjembatani oposisi dan pemerintahan. 

Rocky Gerung, dengan popularitas, basis intelektual, dan kredibilitas di kalangan kritis, bisa menjadi aset strategis.

Ditanya langsung apakah ada agenda politik di balik kegiatannya, Rocky hanya tertawa. 

"Tidak ada pembicaraan politik dengan Kapolri. Semuanya tentang persahabatan dengan alam," tegasnya.

Namun, jawaban normatif itu belum cukup meredakan spekulasi. Dalam politik, simbol berbicara lebih lantang daripada pernyataan. 

Tampil berdampingan dengan Kapolri dan politisi Gerindra di tengah masa transisi kekuasaan adalah sinyal keras — bukan sekadar peristiwa ekologis.

Apakah Rocky akan masuk ke dalam pemerintahan? Belum ada konfirmasi resmi. Tapi seperti biasa, dalam politik Indonesia, gerakan besar selalu diawali dengan langkah-langkah kecil yang tampaknya "bukan apa-apa."

Yang pasti, kalaupun Rocky akhirnya bergabung, ia tidak sekadar membawa gagasan tentang pohon dan sungai. Ia membawa proyek besar: penyuntikan akal sehat ke dalam mesin kekuasaan yang kerap kering akan logika dan etika.

Dan kalau benar, pemerintahan baru perlu bersiap: menerima Rocky Gerung bukan hanya menerima intelektual bebas — tapi juga mengadopsi kegelisahan, kritik, dan keberanian berpikir di luar arus utama.

Karena akal sehat, sebagaimana pohon, tidak akan tumbuh di tanah politik yang penuh polusi.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak