Hamas Siap Gencatan Senjata 5 Tahun di Gaza, Bebaskan Sandera dalam 1 Batch

R24/tya
Perang Hamas-Israel /Reuters
Perang Hamas-Israel /Reuters

RIAU24.COM - Seorang pejabat dari kelompok militan Palestina Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya terbuka untuk kesepakatan untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung, yang akan mencakup pembebasan satu kali semua sandera yang tersisa dan penghentian permusuhan selama lima tahun.

Saat berbicara kepada kantor berita AFP dengan syarat anonim, pejabat itu mengatakan, "Hamas siap untuk pertukaran tahanan dalam satu batch dan gencatan senjata selama lima tahun".

Ini terjadi setelah Hamas, yang menentang perjanjian gencatan senjata ‘parsial’, menolak proposal Israel yang mencakup gencatan senjata 45 hari dengan imbalan pengembalian 10 sandera yang masih hidup pada 17 April.

Kelompok itu secara konsisten menuntut bahwa perjanjian gencatan senjata harus mengarah pada akhir perang, penarikan penuh Israel dari Gaza, pertukaran tahanan, dan masuknya bantuan kemanusiaan segera dan memadai ke wilayah Palestina yang babak belur perang.

Kelompok itu telah berulang kali bersikeras bahwa kesepakatan gencatan senjata harus menghasilkan akhir perang, penarikan total Israel dari Gaza, pertukaran tahanan dan pengiriman pasokan kemanusiaan yang cepat dan memadai ke Jalur Gaza.

Perang Gaza dimulai setelah serangan mendadak yang diluncurkan oleh Hamas dan kelompok militan

Palestina lainnya terhadap Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Para militan membunuh hampir 1.200 orang, menculik ratusan dan melukai ribuan orang. Beberapa dari mereka yang diculik masih ditahan.

Serangan Israel menewaskan 17 orang

Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel pada hari Sabtu menewaskan sedikitnya 17 orang di seluruh wilayah itu, sementara lebih banyak lagi terjebak di bawah puing-puing setelah sebuah rumah keluarga dihantam.

"Serangan udara Israel di beberapa daerah menewaskan 17 orang sejak fajar," kata pejabat pertahanan sipil Mohammed Al-Mughayyir kepada AFP.

Serangan di rumah keluarga Al-Khour di lingkungan Sabra Kota Gaza menewaskan 10 orang, kata Mughayyir. Sesuai laporan, beberapa saksi melaporkan sekitar 20 korban terjebak di bawah reruntuhan.

Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil, sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 30 orang hilang di bawah reruntuhan. Umm Walid al-Khour, yang selamat dari serangan itu, mengatakan bahwa semua orang sedang tidur dengan anak-anak mereka ketika serangan itu terjadi.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak