Pergerakan Ekonomi Era Prabowo-Gibran, Indonesia Menuju Jurang Resesi?

R24/zura
Pergerakan Ekonomi Era Prabowo-Gibran, Indonesia Menuju Jurang Resesi?
Pergerakan Ekonomi Era Prabowo-Gibran, Indonesia Menuju Jurang Resesi?

RIAU24.COM - Pemerintah Prabowop-Gibran sudah berjalan selama enam bulan sejak resmi dilantik sebagai seorang Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada 20 Oktober 2024. 

Sejumlah kebijakan yang penting dan berakar oleh pemeriontah sebelumnya Joko Widodo ternyata di putuskan untuk di teruskan oleh Prabowo

Kabinet merah Putih yang menjadi pembantu Presiden saat ini sedang menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari permasalaahn daya beli, pelemahan kurs rupiah yang tembus Rp17.000 per dolar Amerika sertikat (AS). 

Informasi terbaru menyebutkan sedang berjibaku menghadapi tekanan dari kebijakan pajak yang diturunkan oleh Predisen Amerika Serikat Donald Trump.

Di luar itu, pemerintah menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat tekana internal ataupun eksternal. 

Laporan kolaborasi dengan Center of Economic and Law Studies (Celios), lembaga think-thank yang bermarkas di Yogyakarta dan Jakarta ini mengungkap ekonomi lesu dan resesi di ambang pintu.

Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan negara seret pada awal tahun. Hal ini tak lepas dari kekacauan sistem baru bernama Sistem Inti Administrasi Perpajakan (SIAP) atau Coretax.

Sistem administrasi pajak yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada 31 Desember 2024 lalu ini "sukses" membuat para administratur pajak lembur setiap hari. Lantaran sering eror, penerbitan faktur pajak tertunda. Ini salah satu yang menghambat setoran pajak di awal tahun.

Dari sisi belanja ada persoalan lain. Anggaran pemerintah dipangkas, berdampak pada bisnis perhotelan dan industri lain yang selama ini bergantung pada belanja kementerian dan lembaga negara.

Di lain pihak konsumsi masyarakat lesu, bahkan pada Ramadan dan Idul Fitri yang biasanya memberikan daya ungkit pada perekonomian. Ditambah lagi dengan tekanan eksternal seperti ancaman pungutan tarif impor tambahan oleh presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bakal menghambat ekspor Indonesia.

Gejala di pasar keuangan juga menunjukkan ekonomi kita sedang demam tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia anjlok, sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah semakin tinggi.

Kondisi ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia berada di titik rendah, meski harus diakui jika ada juga faktor spekulasi yang berpengaruh di sini. Yang jelas, kita seharusnya awas dengan sinyal-sinyal tersebut. Setidaknya bersiap jika kita mesti terjun lagi ke jurang resesi—seperti yang terjadi pada masa pandemi Covid-19.

(***) 

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak