Menanam Ulang Harapan Lewat Kolaborasi Hijau, Ketika Hutan Menjadi Jalan Pulang

R24/lin
Menanam Ulang Harapan Lewat Kolaborasi Hijau, Ketika Hutan Menjadi Jalan Pulang
Menanam Ulang Harapan Lewat Kolaborasi Hijau, Ketika Hutan Menjadi Jalan Pulang

RIAU24.COM - Kabut asap adalah luka lama yang belum sepenuhnya sembuh bagi masyarakat di wilayah-wilayah rentan kebakaran hutan di Indonesia, terutama di Sumatra dan Kalimantan. Setiap musim kemarau, langit yang seharusnya cerah berubah kelabu. Anak-anak terpaksa belajar di rumah, aktivitas ekonomi melambat, dan kualitas udara jatuh ke titik yang membahayakan nyawa. Semua ini bermula dari satu tindakan yang kerap dianggap biasa: pembakaran lahan.

 

Namun dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan sebuah babak baru. Di sejumlah desa yang dahulu akrab dengan api, kini tumbuh kebun-kebun nanas, sayuran organik, dan koperasi yang menghidupkan ekonomi lokal. Hutan yang dulunya terkepung abu, perlahan mulai hidup kembali. Apa yang berubah?

 

Perubahan itu tak lepas dari kerja sama yang terbangun antara masyarakat, sektor swasta, pemerintah, dan media. Sebuah sinergi yang tidak hanya menyentuh sisi lingkungan, tetapi juga aspek sosial dan ekonomi secara menyeluruh. Ini adalah contoh nyata bahwa keberlanjutan bukan hanya konsep di atas kertas, melainkan sebuah jalan hidup yang bisa dilalui bersama jika ada kemauan dan komitmen kolektif.

 

Salah satu motor perubahan itu adalah inisiatif dari perusahaan-perusahaan seperti APRIL Group dan unit operasionalnya, Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), serta Asia Pacific Rayon (APR). Lewat pendekatan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan jangka panjang, mereka tidak hanya mendorong perubahan perilaku, tapi juga membangun fondasi baru bagi pertumbuhan desa.

 

Melalui program-program pelatihan, pendampingan usaha tani, dan pembukaan akses pasar, masyarakat desa mulai memiliki alternatif selain membakar lahan. Pertanian organik, agroforestri, hingga produk turunan dari hutan tanaman rakyat menjadi sumber pendapatan baru. Tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga memperkuat relasi masyarakat dengan alam sekitarnya.

 

Salah satu tokoh masyarakat di Riau yang sebelumnya mengandalkan metode bakar untuk membuka lahan, kini menjadi pengelola kebun nanas yang produktif. “Dulu saya bakar lahan karena cepat dan murah. Sekarang, setelah ikut pelatihan, saya tahu ada cara yang lebih baik dan hasilnya juga lebih banyak,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Perubahan pola pikir ini lahir karena ada ruang dialog, ada kepercayaan, dan ada dukungan nyata dari pihak luar.

 

Namun keberhasilan ini tidak berdiri sendiri. APRIL Group telah membangun inisiatif APRIL2030, sebuah komitmen jangka panjang yang mencakup target ambisius seperti nol emisi karbon bersih, nol deforestasi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pengelolaan lanskap berkelanjutan berbasis ilmu pengetahuan. Melalui pemanfaatan teknologi satelit untuk deteksi dini kebakaran, penggunaan energi terbarukan, dan penanaman berbasis data, perusahaan ini memberi contoh bahwa bisnis dapat berjalan seiring dengan pelestarian.

 

Asia Pacific Rayon (APR), sebagai produsen viscose rayon pertama di Asia Tenggara yang terintegrasi dari hulu ke hilir, juga menunjukkan bahwa produk tekstil ramah lingkungan bisa menjadi peluang ekonomi baru. Dengan memanfaatkan serat dari tanaman yang dapat diperbarui dan memperkerjakan tenaga kerja lokal, APR menjadi wajah baru dari industri tekstil berkelanjutan.

 

Namun demikian, tanggung jawab melindungi hutan tidak bisa dibebankan hanya pada sektor swasta. Pemerintah harus hadir sebagai pengawal keberlanjutan yang adil. Regulasi yang progresif, insentif untuk masyarakat adat dan petani kecil, serta penguatan kapasitas kelembagaan di tingkat lokal adalah syarat mutlak untuk menjaga momentum perubahan ini.

 

Media juga memegang peran penting. Melalui karya jurnalistik yang menggali dari akar persoalan dan mendekatkan pembaca pada kisah nyata warga, media bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menyuarakan nurani. Inisiatif seperti Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) menjadi panggung penting bagi jurnalis daerah untuk menunjukkan bahwa kisah tentang hutan bukan melulu soal bencana, tetapi juga tentang harapan, inovasi, dan ketahanan masyarakat.

 

Jurnalis yang menulis dengan hati dan keberpihakan pada masa depan bumi adalah mitra penting dalam gerakan keberlanjutan. Mereka menapaki jejak perubahan, merekam kisah petani, mencatat keberhasilan program, serta menyorot kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Di tangan mereka, isu lingkungan bukan hanya berita satu hari, tetapi narasi panjang tentang kehidupan.

 

Jika kita ingin Indonesia yang lebih hijau, lebih tangguh menghadapi perubahan iklim, dan lebih adil secara sosial, maka keberlanjutan harus menjadi kesadaran bersama. Hutan bukan sekadar aset ekonomi, tetapi warisan ekologis dan kultural yang tidak tergantikan. Menjaganya berarti menjaga hidup kita sendiri.

 

Mari kita dorong semakin banyak pihak untuk terlibat aktif. Bukan hanya perusahaan besar, tapi juga pemerintah desa, komunitas lokal, akademisi, generasi muda, dan tentu saja media. Karena keberlanjutan adalah jalan panjang yang harus ditempuh bersama.

 

Dari abu, kita belajar tentang kerusakan. Dari akar kehidupan, kita mulai menanam ulang harapan. Dan dari setiap langkah kecil yang diambil hari ini, kita sedang merintis masa depan yang lebih layak untuk generasi mendatang.

 

Redaksi

(Lina Lestari) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak