RIAU24.COM - Presiden Prabowo Subianto menjawab banyaknya sorotan terkait tokoh-tokoh asing, termasuk Thaksin Shinawatra, yang ikut mengurus BPI Danantara. Thaksin disorot lantaran pernah menjadi koruptor.
Prabowo awalnya bicara terkait Thaksin yang merupakan tokoh politik. Dia menyebut Thaksin berkali-kali dikudetan tetapi selalu menang mandat.
"Gini, Thaksin adalah seorang tokoh politik yang dikudeta, dia menang mandat berkali-kali dikudeta, berarti ada faktor, saya tidak mau terlibat dalam domestik politik itu, anda paham," kata Prabowo saat diskusi bersama para Pemred, seperti dalam YouTube detikcom, Senin (7/4).
Baca Juga: Ratusan Dokter dan Tenaga Kesehatan Gelar Aksi Bela Palestina di Jakarta Pusat
Prabowo lantas menyinggung PM Malaysia Anwar Ibrahim yang juga pernah masuk penjara atas tuduhan korupsi. Ia menilai tidak seharusnya Indonesia ikut menjelekkan Anwar Ibrahim, seperit halnya Thaksin.
"Sama Anwar Ibrahim masuk penjara berapa kali atas tuduhan korupsi atas tuduhan macam-macam, tapi apa kita mau korbankan dan ikut jelekan Anwar Ibrahim? Anda ngerti? Banyak kasus seperti itu. Termasuk diri saya, saya dituduh mengkudeta, saya dituduh mau bunuh macam-maca lah, mau bunuh Pak Harto, mau bunuh Habibie, mau bunuh Gus Dur," ucapnya.
Prabowo mengaku memilih Thaksin hanya karena pengalaman dan punya jaringan yang besar. Bahkan, Thaksin, kata Prabowo, tidak mau dibayar oleh Indonesia.
Baca Juga: Peran Dasco di Balik Pertemuan Prabowo dan Megawati Soekarnoputri
"Ya begini, dia punya jaringan besar, dia punya pengalaman besar, dia bersedia tanpa dibayar, Ray Dalio tidak mau dibayar, Jeffrey Sachs tidak mau dibayar, paling dia bilang, paling mereka bilang 'iyasudah kalau aku datang hotel sama angkutan lah di Indonesia' dan kita bilang kita reimburse tiket kamu," ujar Prabowo.
"Berkali-kali tokoh tokoh itu mau bantu tidak dibayar. Tidak sulit, Ray Dalio sangat antusias, tapi dia ingatkan 'kamu akan dilawan'. Dia selalu ingatkan saya. Ya itu wajar, every new inisiative will be opposed. Itu sifat organisasi di manapun, mayoritas tidak mau ada perubaha, nggak tahu saya. Itu fenomena ya, human nature. Kita sudah lama jadi orang Indonesia, kita buka-bukaan," lanjut dia.