RIAU24.COM - Manusia bisa hidup di Bumi dengan nyaman karena oksigen bebas di atmosfer. Namun, apakah oksigen di Bumi bisa habis dan bagaimana dampaknya?
Sebuah studi pada 2021 mencoba memprediksi potensi oksigen yang akan semakin tipis. Hasilnya, ilmuwan menyebut kondisi oksigen di atmosfer tidak permanen.
Ilmuwan dari Universitas Toho di Funabashi, Jepang, Kazumi Ozaki dan ilmuwan dari Institut Teknologi Georgia di Atlanta, Chris Reinhard menerbitkan studi tersebut di Nature Geoscience, Vol. 14, pada Maret 2021.
Para peneliti memodelkan sistem iklim, biologi, dan geologi bumi untuk memprediksi bagaimana kondisi atmosfer di Bumi akan berubah.
Baca Juga: Pertengkaran Makin Panas! Trump Bicara Peluang Elon Musk Diusir dari AS Balik ke Afrika
Untuk saat ini, oksigen membentuk sekitar 21 persen atmosfer bumi. Kondisi ini membuat planet Bumi sangat ideal untuk organisme besar dan kompleks, seperti manusia, yang membutuhkan gas untuk bertahan hidup.
Jika melihat jauh ke belakang lagi, pada awal sejarah bumi, tingkat oksigen jauh lebih rendah dan kemungkinan besar akan kembali rendah di masa depan.
Melalui sebuah pemodelan, ilmuwan menemukan bahwa satu miliar tahun dari sekarang, atmosfer bumi akan mengandung sangat sedikit oksigen, sehingga tidak dapat dihuni oleh kehidupan aerobik yang kompleks.
"Kami menemukan bahwa atmosfer bumi yang kaya oksigen tidak akan menjadi fitur permanen," kata Ozaki, dikutip dari New Scientist.
Para peneliti menjelaskan, atmosfer bumi akan mempertahankan tingkat oksigen yang tinggi selama miliaran tahun ke depan. Kemudian, secara dramatis akan kembali ke tingkat yang rendah.
"Mengingatkan kita pada apa yang ada sebelum apa yang dikenal sebagai Peristiwa Oksidasi Besar sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu," imbuhnya.
Kenapa Oksigen di Bumi Bisa Terus Berkurang?
Peneliti menerangkan, perubahan oksigen yang berkurang terjadi karena seiring bertambahnya usia, Matahari akan menjadi lebih panas dan melepaskan lebih banyak energi. Hal ini akan menyebabkan penurunan jumlah karbon dioksida di atmosfer karena CO2 menyerap panas dan kemudian terurai.
Ozaki dan Reinhard memperkirakan bahwa dalam satu miliar tahun, tingkat karbon dioksida akan menjadi sangat rendah sehingga organisme yang melakukan fotosintesis, termasuk tumbuhan yang tidak akan mampu bertahan hidup dan menghasilkan oksigen.
Kepunahan massal organisme fotosintetik ini akan menjadi penyebab utama berkurangnya oksigen dalam jumlah besar.
"Penurunan oksigen sangat, sangat ekstrem. Kita berbicara tentang oksigen yang jutaan kali lebih sedikit dibandingkan yang ada saat ini," ujar Reinhard.
Dalam satu miliar tahun ke depan, begitu atmosfer berubah drastis, kehidupan di planet Bumi hanya berupa mikroba.
Baca Juga: Umumkan Comeback, BTS Akhirnya Live Bareng Lagi Setelah Hampir 3 Tahun
"Dunia di mana banyak bakteri anaerobik dan primitif bersembunyi di balik bayang-bayang, sekali lagi, akan mengambil alih," imbuhnya.
Sementara itu, lanjut Reinhard, kehidupan di darat dan air akan lenyap. Lapisan ozon yang juga menipis, akan membuat bumi dan lautan terkena sinar ultraviolet tingkat tinggi dan panas dari pembakaran Matahari.
Melalui penelitian yang termasuk bagian dari proyek NASA ini, ilmuwan memiliki gambaran mengenai kelayakhunian planet dan prediksi yang mempunyai implikasi untuk mencari kehidupan di planet lain.