RIAU24.COM - Banyak orang masih mengira bahwa pneumonia dan paru-paru basah adalah penyakit yang sama. Padahal dalam dunia medis, kondisi ini memiliki nama dan penyebab yang berbeda. Salah satu kesalahpahaman yang kerap terjadi adalah menganggap pneumonia sebagai bentuk lain dari paru-paru basah.
Pneumonia merupakan infeksi yang menyebabkan peradangan pada jaringan paru-paru dan dapat terjadi akibat bakteri, virus, atau bahkan jamur. Infeksi ini membuat kantung udara dalam paru-paru terisi cairan atau nanah, sehingga mengganggu proses pernapasan.
Sementara itu, paru-paru basah atau yang lebih dikenal dalam istilah medis sebagai efusi pleura adalah kondisi adanya penumpukan cairan di selaput yang melapisi paru-paru, bukan di jaringan paru. Meski terdengar serupa, pneumonia dan efusi pleura memiliki penyebab dan mekanisme yang berbeda.
Terlebih, masih banyak mitos beredar di masyarakat yang mengaitkan penyakit ini dengan kebiasaan sehari-hari, seperti mandi malam atau terkena kipas angin terlalu lama. Hal ini perlu dijelaskan dengan rinci, apa sebetulnya pneumonia dan paru-paru basah.
Apa Beda Pneumonia dan Paru-paru Basah?
Dalam penjelasannya pada detikcom belum lama ini, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa pneumonia dan paru-paru basah merupakan dua kondisi yang berbeda. Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan atau infeksi yang terjadi pada jaringan paru-paru.
"Penyakit ini dapat dipicu oleh bakteri seperti pneumokokus dan streptokokus, virus seperti COVID-19, serta dalam beberapa kasus juga bisa disebabkan oleh parasit," tulis Prof. Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom pada Kamis (12/9/2024).
Mengenai paru-paru basah, Prof. Tjandra menegaskan bahwa istilah tersebut sebenarnya tidak dikenal dalam dunia medis. Kondisi yang sering disebut sebagai paru-paru basah lebih tepat disebut sebagai efusi pleura.
Efusi pleura sering kali diartikan sebagai air di dalam paru-paru, yaitu kondisi di mana terjadi penumpukan cairan berlebih di dalam selaput yang mengelilingi paru-paru. Pleura adalah lapisan tipis yang melapisi paru-paru serta bagian dalam rongga dada.
"Cairan tersebut terletak di antara dua lapisan pleura, yaitu pleura viseralis yang membungkus paru-paru dan pleura parietalis yang melapisi bagian dalam dinding dada," jelas Prof. Tjandra.
Mengenal Pneumonia, Penyebab dan Gejalanya
Dikutip dari laman Mayo Clinic, Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru. Kantung udara dapat terisi cairan atau nanah (material bernanah), yang menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.
Berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia dapat memiliki tingkat keparahan mulai dari ringan hingga mengancam jiwa.
Pneumonia paling serius terjadi pada bayi dan anak kecil, orang yang berusia di atas 65 tahun, dan orang dengan masalah kesehatan atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi, usia, dan kesehatan Anda secara keseluruhan.
Tanda dan gejala ringan sering mirip dengan gejala flu atau pilek, tetapi berlangsung lebih lama. Tanda dan gejala pneumonia di antaranya:
- Nyeri dada saat bernapas atau batuk
- Kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas)
- Batuk, yang mungkin menghasilkan dahak
- Kelelahan
- Demam, berkeringat dan menggigil
- Suhu tubuh lebih rendah dari normal (pada orang dewasa berusia lebih dari 65 tahun dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah)
- Mual, muntah atau diare
- Sesak napas
Bayi baru lahir dan balita mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Atau mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak gelisah atau lelah dan tidak bertenaga, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan.
Mengenal Efusi Pleura atau Paru-paru Basah, Penyebab dan Gejalanya
Efusi pleura adalah penumpukan cairan berlebih di antara lapisan pleura di luar paru-paru. Laman Cleveland Clinic menjelaskan bahwa biasanya, setiap orang memiliki sedikit cairan di pleura mereka.
Cairan ini berfungsi sebagai pelumas alami dan memudahkan paru-paru bergerak saat kita bernapas. Namun, jika menderita efusi pleura, penderita akan memiliki terlalu banyak cairan di sekitar paru-paru.
Di lain sisi, Prof. Tjandra menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang dapat menyebabkan terbentuknya cairan dalam paru-paru, yaitu karena infeksi seperti tuberkulosis atau peradangan lainnya. Penyebab lain yakni komplikasi penyakit kanker dan gangguan keseimbangan protein dalam tubuh. Adapun gejalanya yakni:
- Nyeri dada terutama saat batuk dan bernapas
- Dispnea atau sesak napas
- Ortopnea yakni ketidakmampuan bernapas dengan mudah kecuali duduk atau berdiri tegak
- Beberapa orang dengan efusi pleura tidak memiliki gejala.
Membantah Mitos Paru-paru Basah
Selain itu, beredar banyak mitos yang mengaitkan paru-paru basah dengan kebiasaan seperti mandi malam atau terkena angin dari kipas dalam waktu lama. Namun, Prof. Tjandra menegaskan bahwa anggapan tersebut hanyalah mitos belaka.
"Baik pneumonia maupun paru-paru basah tidak disebabkan oleh mandi malam atau terkena kipas angin. Itu hanyalah mitos," katanya.
1. Paru-paru Basah Disebabkan Mandi Malam
Sementara itu pada kesempatan berbeda, Praktisi Kesehatan, dr. Andi Khomeini Takdir juga menampik pendapat kebiasaan mandi malam menyebabkan paru-paru basah. Menurutnya, mandi malam dan terkena kipas angin tidak ada hubungannya dengan paru-paru basah.
"Paru-paru basah atau pneumonia adalah infeksi. Tidak ada kaitannya dengan mandi malam, karena mandi hanyalah aktivitas biasa," ungkap dr. Koko, sapaan akrabnya pada detikcom.
2. Paru-paru Basah Disebabkan Kipas Angin Malam
Dokter spesialis paru, dr. Deny Noviantoro, SpP juga menyatakan bahwa anggapan kipas angin sebagai penyebab pneumonia atau paru-paru basah hanyalah mitos. Menurut dr. Deny, penyakit ini lebih sering disebabkan oleh paparan debu, bakteri, virus, dan jamur.
Selain itu, kebiasaan seperti merokok atau menghirup asap dapat merusak paru-paru dan menurunkan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena pneumonia.
"Pada dasarnya, kipas angin tidak menyebabkan penyakit ini. Namun, jika kipas mengandung bakteri, virus, atau jamur akibat jarang dibersihkan, maka itu yang bisa menjadi ancaman. Jika kipas dalam keadaan bersih dan digunakan dengan kecepatan yang wajar, maka tidak akan menjadi masalah selama tubuh dalam kondisi sehat," jelas dr. Deny dalam sebuah webinar daringnya.
"Terkadang, jika daya tahan tubuh kita sedang menurun, bakteri yang seharusnya dapat kita lawan malah dapat menimbulkan gejala penyakit. Namun, bukan berarti kipas angin secara langsung menyebabkan paru-paru basah," tambahnya.
Nah itulah tadi penjelasan soal perbedaan paru-paru basah dan pneumonia, serta memahami penyebab dan gejalanya. ***