RIAU24.COM - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Rabu bahwa Inggris tidak bersedia memulangkan artefak bersejarah dan barang antik lainnya yang diambil dari Indonesia pada abad ke-19.
Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu menceritakan bagaimana pasukan Inggris, yang dipimpin Thomas Stamford Raffles, menyerbu Istana Yogyakarta pada bulan Juni 1812 dan menyita barang-barang berharga, termasuk manuskrip bersejarah.
"Mereka menggunakan empat kapal untuk mengangkut harta karun ini, tetapi dua di antaranya tenggelam. Barang-barang yang tersisa kini disimpan di British Museum dan British Library. Ratusan manuskrip sejarah kita masih belum dikembalikan," kata Fadli dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR.
Ia mencatat bahwa Inggris dan Belanda memiliki koleksi barang antik Indonesia terbesar yang diambil selama masa kolonial.
“Belanda sudah menandatangani nota kesepahaman tentang pemulangan [barang antik Indonesia], tetapi Inggris belum menunjukkan niat untuk mengembalikannya meskipun memiliki koleksi terbesar,” kata Fadli.
Menurutnya, pemerintah Indonesia telah berupaya memulangkan benda-benda purbakala yang disimpan di luar negeri sejak negara ini merdeka pada tahun 1945, dan upaya tersebut terus berlanjut hingga saat ini.
“Seruan kita untuk repatriasi tidak hanya ditujukan kepada Belanda dan Inggris, tetapi juga kepada Prancis dan Jepang, yang pernah memiliki pengaruh di Indonesia,” imbuh Fadli. ***