Mengenal Thudong, Ritual Jalan Kaki Ribuan Kilometer Para Biksu 

R24/zura
Mengenal Thudong, Ritual Jalan Kaki Ribuan Kilomneter Para Biksu. (Kompas.com/Foto)
Mengenal Thudong, Ritual Jalan Kaki Ribuan Kilomneter Para Biksu. (Kompas.com/Foto)
<p>RIAU24.COM - Puluhan bhante atau biksu yang berasal dari sejumlah negara di Asia Tenggara berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur, Jawa Tengah. 

Hal ini dilakukan dalam rangka menjalankan ritual keagamaan Thudong untuk menyambut Hari Raya Waisak. Lantas apa yang dimaksud dengan ritual Thudong?

Baca Juga: Setelah Lebih dari 3.000 Tahun, Jembatan Tertua di Dunia Masih Dapat Digunakan dengan Sempurna  

Melansir laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), ritual Thudong merupakan perjalanan ritual para biksu yang dilakukan dengan berjalan kaki ribuan kilometer. Ritual ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak dahulu.

Para biksu tersebut memulai perjalanannya dari sebuah vihara di Provinsi Nakhon Sri Thammarat, Thailand pada akhir Maret silam. Mereka kemudian memasuki wilayah Singapura sekitar bulan April.

Perjalanan religi ini dilakukan untuk mengikuti jejak Sang Buddha pada zaman kehidupannya ketika belum ada vihara, tempat tinggal, dan transportasi. Oleh Sang Buddha, para biksu diberi kesempatan tinggal di hutan, gunung, atau gua.

"Jadi dalam setahun, mereka akan berjalan seperti ini selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini. Kebetulan karena di Indonesia ada Candi Borobudur, bertepatan Hari Raya Waisak, dan mereka jalan dari Thailand," ucap bhante Dhammavuddho, Kamis (11/5).

Tradisi ini bertujuan untuk melatih kesabaran para biksu. Sebab, Sang Buddha mengajarkan bahwa kesabaran adalah praktik dhamma yang paling tinggi. 

Baca Juga: Tahukah Anda, Inilah yang Terjadi pada Otak Manusia saat Ajal Mendekat  

Dhamma adalah ajaran yang berisikan pedoman moral dan filsafat yang menuntun manusia menuju kebahagiaan.

Betapa tidak, dalam perjalanan Thudong ini, para biksu diterjang banyak rintangan selama perjalanan. Misalnya saja teriknya matahari, derasnya hujan, dan hanya mengonsumsi makanan-minuman secukupnya.

Selain itu, mereka juga tinggal atau beristirahat di tempat seadanya.

"Mereka terkena panas, hujan, dan ini juga makan satu hari satu kali dan minuman seadanya," tambahnya.

(***) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak