RIAU24.COM - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyampaikan permintaan maaf kepada komunitas Yahudi Australia dan masyarakat luas menyusul serangan teror di Bondi.
"Sebagai Perdana Menteri, saya merasakan beban tanggung jawab atas kekejaman yang terjadi selama saya menjabat sebagai Perdana Menteri, dan saya meminta maaf atas apa yang dialami komunitas Yahudi dan bangsa kita secara keseluruhan," kata Albanese seperti dilansir AFP, Senin (22/12).
"Pemerintah akan bekerja setiap hari untuk melindungi warga Yahudi di Australia, untuk melindungi hak mendasar mereka sebagai warga Australia agar mereka bangga dengan jati diri mereka, untuk menjalankan keyakinan mereka, untuk mendidik anak-anak mereka dan untuk terlibat dalam masyarakat Australia sepenuhnya," ucapnya.
Laporan terbaru yang didasarkan pada dokumen pengadilan menyebutkan bahwa dua tersangka dalam penembakan massal pada 14 Desember lalu Sajid Akram dan anaknya, Naveed diduga berlatih untuk serangan bersenjata tersebut di area pedesaan di Australia.
Baca Juga: Kabinet Israel Menyetujui 19 Pemukiman Yahudi Baru di Tepi Barat
Dokumen kepolisian yang dirilis pada Senin (22/12) waktu setempat menyebutkan bahwa kedua tersangka melakukan "pelatihan senjata api" di lokasi yang diyakini sebagai area pedesaan New South Wales sebelum penembakan terjadi.
Foto-foto yang dirilis menunjukkan para tersangka menembakkan senapan dan bergerak dengan cara yang digambarkan otoritas setempat sebagai "cara taktis".
Kedua tersangka juga merekam sebuah video pada Oktober lalu, yang isinya mengecam "Zionis" sambil duduk di depan bendera kelompok Islamic State (ISIS) dan menjelaskan motivasi mereka untuk serangan tersebut.
Keduanya, menurut dokumen kepolisian, melakukan perjalanan "pengintaian" malam hari ke Pantai Bondi beberapa hari sebelum penembakan massal.
Albanese, dalam pernyataan terbaru kepada wartawan, mengatakan dirinya akan mendorong pemberlakuan undang-undang baru yang lebih keras, yang menetapkan "pelanggaran berat untuk ujaran kebencian" dan ekstremisme.
"Kita tidak akan membiarkan teroris yang terinspirasi ISIS menang. Kita tidak akan membiarkan mereka memecah-belah masyarakat kita, dan kita akan melewati ini bersama-sama," kata Albanese.
Sementara itu, Kepolisian Australia mengumumkan pemindahan Naveed, satu-satunya tersangka yang masih hidup, dari penahanan di rumah sakit ke penjara.
Baca Juga: Prancis akan Memperkuat Militernya Seiring Macron Umumkan Kapal Induk Baru
Naveed yang berusia 24 tahun menjalani perawatan medis di bawah pengawasan kepolisian, setelah dia ditembak usai beraksi bersama ayahnya pekan lalu.
Sajid, ayah Naveed, tewas ditembak polisi di lokasi kejadian tak lama setelah mendalangi penembakan massal tersebut.
Oleh otoritas berwenang Australia, Naveed dijerat berbagai dakwaan pidana, termasuk terorisme dan 15 dakwaan pembunuhan.