RIAU24.COM - Presiden Palau Surangel Whipps Jr mencatat sejarah sebagai pemimpin dunia pertama yang melakukan wawancara langsung sepenuhnya di bawah laut.
Whipps melakukan wawancara langsung di bawah laut sebagai upaya menggugah kesadaran dunia terhadap ancaman tenggelamnya negaranya karena naiknya permukaan air laut akibat krisis iklim.
Palau merupakan negara kecil di Samudra Pasifik yang terdiri dari sekitar 340 pulau dengan populasi sekitar 17.600 jiwa.
Sebagai negara kepulauan dengan dataran rendah, Palau menjadi salah satu wilayah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Baca Juga: Usai Lihat Kelakuan Israel, Aktivis Global Sumud Flotilla Pilih Masuk Islam
Dalam wawancara yang digelar di dasar laut, Whipps berbincang dengan seorang "putri duyung" di samping kerang raksasa.
"Palau selalu percaya pada pemanfaatan laut yang berkelanjutan. Itu sudah menjadi bagian dari DNA kami," ujar Whipps setelah penyelaman, sebagaimana dilansir AFP.
Kantor Kepresidenan Palau menjelaskan bahwa percakapan itu dilakukan menggunakan LiFi Talking Mask, teknologi komunikasi yang mentransmisikan suara melalui cahaya di bawah air.
Perangkat tersebut dikembangkan oleh wirausahawan sosial Gunter Pauli dan kelompok Blue Economy, yang juga memfasilitasi kegiatan tersebut.
"Palau berhasil menjadi tuan rumah bagi percakapan langsung di bawah laut pertama di dunia bersama seorang kepala negara," kata kantor Whipps dalam sebuah pernyataan.
Rekaman yang dirilis Blue Economy memperlihatkan Whipps mengenakan perlengkapan selam berbicara dengan sang "putri duyung".
"Putri duyung" tersebut sebenarnya adalah perenang Olimpiade asal Estonia sekaligus aktivis lingkungan, Merle Liivand.
Meski kualitas suaranya masih terdengar terputus-putus, aksi simbolis ini dinilai berhasil menarik perhatian internasional terhadap nasib negara-negara kecil di Pasifik yang terancam tenggelam.
Baca Juga: Korea Utara Rencanakan Parade Militer Besar-besaran Saat Kim Jong Un Rayakan Ulang Tahun ke-80 Partai Buruh
Whipps sebelumnya telah berulang kali memperingatkan bahwa beberapa atol di Palau dapat hilang dalam beberapa tahun mendatang jika kenaikan permukaan laut tidak segera diatasi.
Sebelumnya, Presiden Maladewa Mohamed Nasheed juga pernah menggelar rapat kabinet di bawah laut pada tahun 2009.
Mantan Presiden Seychelles Danny Faure melakukan wawancara dari dalam kapal selam pada tahun 2019 untuk menyuarakan isu serupa.