RIAU24.COM -Amerika Serikat dilaporkan menembakkan lebih dari 230 rudal pencegat THAAD dan SM-3 dengan nilai total sekitar Rp 80 triliun untuk menghadapi serangan rudal Iran ke Israel selama konflik 12 hari.
The Wall Street Journal pada Jumat (25/7/2025) melaporkan bahwa sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) militer AS menembakkan lebih dari 150 rudal sebagai respons terhadap serangan rudal balistik Iran bulan 2025 lalu.
Jumlah ini setara dengan seperempat dari total rudal THAAD yang dipesan Pentagon.
Jumlah rudal yang ditembakkan jauh melampaui perkiraan awal para analis, yaitu hanya 60–80 rudal.
Sistem THAAD lengkap memiliki 48 rudal siap luncur, sehingga baterai AS di Israel menghabiskan lebih dari tiga kali lipat kapasitas amunisinya.
Seorang pejabat AS menyebutkan, tingginya kebutuhan rudal THAAD membuat Pentagon mempertimbangkan mengambil alih sebagian stok rudal pesanan Arab Saudi untuk digunakan di Israel.
Langkah ini sensitif karena fasilitas minyak Arab Saudi juga berisiko diserang jika konflik Iran-Israel meluas.
Setiap rudal THAAD berharga Rp192–240 miliar (USD 12–15 juta). Dengan lebih dari 150 rudal yang ditembakkan, nilainya mencapai Rp 28,8–36 triliun.
Pentagon hanya memproduksi 12 rudal THAAD pada tahun fiskal 2025 dan menargetkan 32 rudal pada tahun 2026, sehingga butuh waktu bertahun-tahun untuk mengganti amunisi yang digunakan.
Selain itu, kapal perang AS juga menembakkan sekitar 80 rudal SM-3 dengan harga Rp 200–592 miliar (US$ 12,5–37 juta) per rudal. Nilai total rudal SM-3 yang ditembakkan mencapai Rp 16–48 triliun.
Konflik Iran-Israel bermula dari Operasi Lion Rising Israel pada 13 Juni 2025 yang menyerang fasilitas nuklir Iran.
Iran membalas dengan Operasi True Promise 3, meluncurkan drone dan rudal ke Israel.
Pertahanan udara AS dan Israel gagal mencegat 36 rudal yang menghantam lima pangkalan militer Israel, menyebabkan kerusakan signifikan.
(***)