RIAU24.COM -Hasil autopsi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, menunjukkan bahwa ia meninggal karena mengalami luka akibat benturan keras saat jatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Dokter Spesialis Forensik RS Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit mengatakan Juliana mengalami luka paling parah di dada akibat kekerasan tumpul.
"Jadi kalau kita lihat yang paling terparah, itu adalah yang berhubungan dengan pernapasan. Yaitu ada luka-luka terutama di dada-dada, terutama di dada-dada bagian belakang tubuhnya. Itu yang merusak organ-organ di dalamnya," katanya dalam konferensi pers, Jumat (22/6).
Alit mengatakan Juliana mengalami luka lecet geser di sekujur tubuh akibat terjatuh terutama di bagian punggung serta anggota gerak atas dan bawah. Luka juga ditemukan di bagian kepala.
Lebih lanjut, Alit mengatakan diperkirakan waktu kematian Juliana adalah sekitar 20 menit setelah luka itu.
"Jadi kalau kita perkirakan paling lama 20 menit. Tidak ada bukti yang kita dapatkan bahwa korban ini meninggal dalam waktu yang lama dari lukanya," imbuhnya.
Alit mengatakan dalam pemeriksaan tidak ada tanda-tanda korban tewas karena hipotermia.
"Tanda-tanda adanya hipotermia itu luka-luka yang ditimbulkan dari hipotermia tidak ada. Jadi luka-luka yang ditimbulkan oleh hipotermia itu adalah luka pada ujung-ujung jari. Jadi lukanya berwarna hitam, ini tidak ada luka. Berarti bisa kita katakan bahwa tidak ada hipotermia," ujarnya.
Pihaknya menegaskan, bahwa korban meninggal dunia itu karena benturan benda tumpul dengan jumlah pendarahan yang sangat banyak.
"Kalau kita lihat penyebabnya yang langsung itu pasti kekerasan. Jadi kita juga melihat adanya pendarahan yang memang jumlahnya sudah begitu besar dalam rongga tubuhnya. Jadi yang menyebabkan langsung itu adalah kekerasannya, jadi benturannya," ujarnya.
Juliana tewas setelah terjatuh di Gunung Rinjani. Peristiwa ini memantik perhatian karena proses evakuasi yang cukup lama. Netizen asal Brasil meramaikan peristiwa ini di media sosial sehingga mendapat perhatian luas.
(***)