RIAU24.COM - Elon Musk telah kembali ke Ruang Oval untuk pertikaian diplomatik antara Presiden AS Donald Trump">Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di tengah laporan tentang dirinya yang mengundurkan diri dari peran penting sebelumnya.
Meski hanya diam, kehadirannya saat kunjungan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menarik perhatian besar dari media sosial.
Lampu di Ruang Oval diredupkan, saat Presiden Trump memutar video pemimpin Pejuang Kebebasan Ekonomi, Julius Malema, yang berteriak, “Tembak Boer, Tembak Petani”
Musk sendiri, yang merupakan keturunan Afrikan kulit putih, sangat peduli dengan isu ini.
Elon Musk menatap Cyril Ramaphosa dengan intens sementara Presiden Trump menunjukkan video dan foto Genosida Kulit Putih.
Para pengguna di platform media sosial dengan cepat menunjukkan, "SAYA TIDAK BERCANDA, Elon Musk benar-benar menatap Presiden Afrika Selatan seperti ingin melawannya."
"Astaga. Elon Musk menatap langsung ke dalam jiwa presiden Afrika Selatan," tulis influencer MAGA Benny Johnson.
Musk secara sporadis membagikan unggahan di Media Sosial tentang penderitaan warga Afrikaner kulit putih.
Baru-baru ini, dalam sebuah wawancara, ia menuding Ramaphosa memiliki undang-undang rasis yang mencegahnya mengoperasikan layanan satelitnya. Musk mengatakan hal ini karena ia bukan orang kulit hitam.
Musk membagikan sebuah video pada tanggal 8 Maret dan 13 Mei di platform media sosial X dengan salib putih yang mewakili lokasi pemakaman para petani kulit putih.
Salib tersebut berasal dari video protes yang direkam di dekat Normandien, Afrika Selatan, terhadap pembunuhan pasangan petani kulit putih Afrikan, Glen dan Vida Rafferty.
Namun, para pengunjuk rasa menyiratkan bahwa pertemuan tersebut membahas semua pembunuhan petani yang terjadi di wilayah tersebut, bukan hanya pembunuhan terhadap warga kulit putih Afrikaner.
Ramaphosa mengatakan video-video tersebut tidak mewakili kebijakan negara Afrika Selatan.
Kejahatan terjadi tanpa batasan ras di Afrika Selatan, tetapi tidak secara khusus ditujukan kepada warga kulit putih Afrikaner.
"Ada kriminalitas di negara kita," katanya.
"Orang-orang yang terbunuh, sayangnya, melalui kegiatan kriminal, bukan hanya orang kulit putih. Mayoritas dari mereka adalah orang kulit hitam," pungkasnya.
(***)