RIAU24.COM - Para ilmuwan telah membuat terobosan besar dalam memecahkan misteri berusia seabad terkait kematian Raja Firaun Tutankhamun.
Temuan tersebut diungkap dalam sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Pusat Penelitian Nasional di Kairo, bekerja sama dengan dua spesialis DNA dari Jerman. Penelitian ini mengungkap wawasan penting mengenai penyebab kematian Firaun terkenal tersebut lebih dari 3.300 tahun yang lalu.
Analisis DNA terbaru menunjukkan sang raja muda kemungkinan besar meninggal akibat serangan malaria berulang yang diperparah oleh masalah kesehatan akibat perkawinan sedarah.
Manajer Umum Pameran Tutankhamun, Tim Batty, menyebut temuan ini sebagai bagian lain dari teka-teki besar seputar kehidupan dan kematian Tutankhamun.
Analisis tersebut juga mengidentifikasi kakek dan nenek Raja Tut sebagai Firaun Amenhotep III dan Ratu Tiye, keduanya juga diyakini meninggal akibat malaria, penyakit yang ditularkan melalui nyamuk dan sering berakibat fatal pada masa peradaban kuno.
"Pengujian menunjukkan bahwa Tutankhamun terinfeksi malaria yang mungkin telah membunuhnya," kata Batty pada bulan Januari, dikutip dari Ladbible.
Analisis ilmiah dilakukan menggunakan sampel jaringan yang diambil dari beberapa sisa mumi pada tahun 2000, setelah itu peneliti menemukan bukti genetik yang menunjukkan infeksi malaria berulang berkontribusi secara signifikan terhadap kematian firaun.
"Malaria hanya menambah banyak kemungkinan penyebab kematiannya," kata Batty.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa Raja Tut kemungkinan besar merupakan putra dari mumi anonim yang ditemukan di makam KV55 di Lembah Para Raja. para peneliti menambahkan ayahnya bisa jadi adalah Firaun Akhenaten.
Sementara itu, ibunya diperkirakan dimakamkan di makam KV35, meskipun asal-usulnya masih menjadi perdebatan di kalangan arkeolog.
"Selain informasi genetik mengenai hubungan keluarga Tut, tes DNA telah mengungkapkan informasi lebih lanjut seperti penyakit dan masalah warisan yang mungkin menimpa Tutankhamun," kata Batty.
Meskipun perkawinan sedarah merupakan hal yang umum dalam keluarga kerajaan pada masa itu, praktik ini dapat meningkatkan risiko penyakit genetik dan cacat lahir.
Salah satu kondisi tersebut adalah penyakit Köhler, yaitu kelainan tulang langka pada kaki anak-anak yang membatasi aliran darah ke jaringan tulang dan menyebabkan nekrosis.
Hasil pemindaian atau CT Scan sebelumnya menunjukkan Tutankhamun kemungkinan mengalami nekrosis pada kaki kirinya. Tongkat jalan yang ditemukan di makamnya turut memperkuat dugaan ini.
"Gangguan berjalan dan penyakit malaria yang diderita Tutankhamun didukung oleh penemuan tongkat dan apotek akhirat di makamnya," para peneliti mengidentifikasi. ***