Bersama Menjaga Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat: Kolaborasi Untuk Masa Depan Berkelanjutan  

R24/dev
Bersama Menjaga Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat: Kolaborasi Untuk Masa Depan Berkelanjutan  
Bersama Menjaga Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat: Kolaborasi Untuk Masa Depan Berkelanjutan  

RIAU24.COM - Desa Giri Mulyo, yang terletak di Kecamatan Kayo Aro Barat, Kabupaten Kerinci, dihuni oleh 419 Kepala Keluarga (KK). Mata pencaharian utama penduduknya adalah di sektor pertanian dan pemukiman. Namun, aktivitas pertanian di Desa ini menghadapi permasalahan serius, yaitu adanya sekitar ±100 orang yang melakukan pembukaan lahan ilegal di zona rimba hutan untuk kegiatan pertanian. Praktik ini mengakibatkan alih fungsi lahan, mengubah kawasan yang seharusnya berfungsi sebagai konservasi menjadi lahan pertanian. 

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) saat ini mengalami beberapa tantangan, termasuk ancaman dari pembalakan liar dan degradasi hutan. Meskipun demikian, taman nasional ini tetap memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk flora dan fauna yang langka.


Gambar: Kondisi Hutan Taman Nasional Tesonilo 

Konsekuensinya adalah deforestasi dan fragmentasi lanskap hutan. Penerapan kebijakan yang tegas dan berlandaskan pada hukum dapat membantu mencegah eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya hutan. Selain itu, pemerintah perlu melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap pelestarian hutan. Edukasi mengenai praktik pertanian yang ramah lingkungan juga harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem hutan. Dengan demikian, penertiban pertanian yang efektif di kawasan hutan dapat berkontribusi pada upaya pelestarian TNKS dan mencegah kerusakan hutan yang lebih lanjut.

Masalah ini mencerminkan dilema klasik antara keberlanjutan lingkungan dan tuntutan ekonomi masyarakat. Untuk meredam konflik dan menciptakan solusi jangka panjang, dibutuhkan sinergi antara pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat lokal, instansi pemerintah, dan sektor swasta. Peran Grup Asia Pacific Resources International Limited (APRIL Group) menjadi signifikan sebagai perusahaan kehutanan yang mengedepankan prinsip keberlanjutan.


Gambar: Anggota Penjaga Pelestarian Hutan APRIL Group

APRIL Group merupakan produsen terkemuka serat terbarukan dan produk berbasis bio yang mengelola hutan tanaman industri. APRIL Group menjalankan peran yang luas, mulai dari operasional industri pulp dan kertas hingga pengelolaan hutan tanaman serta pengembangan masyarakat. Sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia, perusahaan ini menekankan efisiensi, mutu, dan prinsip keberlanjutan di seluruh rantai pasoknya. Di samping itu, APRIL Group juga aktif mendukung pembangunan masyarakat di sekitar area operasionalnya dengan berbagai program sosial dan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan warga. 

Adapun program-program yang di jalan APRIL Group sebagai berikut :
1.    Pemberdayaan ekonomi lokal.
2.    Penyediaan lapangan kerja.
3.    Pengembangan infrastruktur dan layanan social.
4.    Pendidikan dan pelatihan.
5.    Pelestarian lingkungan dan edukasi.
6.    Respons sosial dan tanggap darurat.

Dalam wawancara dengan Bapak David ,selaku Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wilayah I Kerinci dalam wawancara pribadi yang berlangsung pada Jumat, 13 Desember 2024, pukul 15.30, di ruang tamu Kantor Seksi PTN Wilayah 1 Kerinci, menjelaskan mengenai penertiban pertanian di Desa Giri Mulyo yang berada di wilayah TNKS. Bapak M.David S.H.,M.Hum., menyampaikan bahwa. Kemitraan konservasi merupakan jalan tengah dalam menangani permasalahan-permasalahan di tingkat tapak khususnya solusi dari konflik tenurial. Dengan adanya kemitraan konservasi diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat yang melakukan pemanfaatan di dalam kawasan konservasi.
 
Sejak tahun 2005, Grup APRIL telah secara sukarela melaksanakan penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Penilaian ini mengidentifikasi area yang akan disisihkan untuk konservasi dan perlindungan. Kami juga mengidentifikasi area non konservasi untuk perkebunan perusahaan, area perkebunan masyarakat yang dapat digunakan masyarakat secara terus menerus, dan daerah untuk pembangunan infrastruktur.
Pada tahun 2010, kegiatan operasional kehutanan Grup APRIL memberikan kontribusi sebesar 6,9 persen pada total perekonomian Provinsi Riau. Grup APRIL telah menciptakan sekitar 90.000 lapangan kerja secara tidak langsung bagi masyarakat. APRIL juga berkontribusi terhadap pemberian akses yang lebih baik pada pendidikan dan dukungan sosial di berbagai bidang seperti perawatan kesehatan dan perumahan. Grup APRIL telah membantu meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 30 persen.

Kemitraan Konservasi sebagai Solusi Kolaboratif Dalam merespons dinamika tersebut, Kemitraan konservasi Balai Besar (TNKS) mengembangkan skema kemitraan konservasi yang menjadikan warga sebagai mitra pelestarian. Untuk memperkuat pelaksanaan di lapangan, keterlibatan sektor swasta menjadi krusial, termasuk dari APRIL Group yang menghadirkan model kolaborasi berbasis solusi. Kemitraan konservasi Balai Besar TNKS dengan masyarakat Desa Giri Mulyo tidak mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kelestarian wilayah dan kesejahteraan masyarakat.

Selain kegiatan pemulihan ekosistem, yang merupakan bagian penting dari kerjasama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH), terdapat sejumlah kegiatan konservasi lainnya yang bertujuan untuk membantu pengelolaan wilayah dan melibatkan masyarakat dalam proses tersebut. Upaya ini tercakup dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Rencana Kerja Tahunan, yang dibuat secara kolaboratif dengan komunitas sebagai bagian dari komitmen untuk konservasi Bersama.

Adapun program program yang di jalankan Kemitraan Konservasi Balai Besar (TNKS):

1. Patroli bersama dan patroli mandiri: Patroli ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan kawasan konservasi dan mencegah aktivitas ilegal seperti perambahan hutan dan perburuan liar di sekitar lokasi kemitraan Desa Giri Mulyo. Sementara patroli mandiri dilakukan oleh masyarakat secara mandiri sebagai bagian dari tanggung jawab bersama untuk menjaga lingkungan sekitar mereka, patroli bersama melibatkan petugas TNKS dan masyarakat. 
2. Penanaman jalur hijau di batas hutan TNKS: Upaya pemulihan ekosistem ini melibatkan masyarakat untuk menanam pohon di sekitar kawasan konservasi yang berada di batas hutan TNKS. Tujuan dari upaya ini adalah untuk mencegah pembukaan lahan baru di lokasi kemitraan konservasi. Jalur hijau ini membantu lingkungan dan berfungsi sebagai pelindung alami, mengurangi risiko bencana seperti longsor dan banjir.
Dari 1 juta hektar lahan, Grup APRIL mengelola sekitar 450.000 hektar yang digunakan untuk perkebunan. 51% sisanya disisihkan untuk konservasi, lahan masyarakat dan pembangunan infrastruktur. Komitmen kami tertuang secara rinci dalam Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. 

Kontribusi APRIL Group dalam Konservasi dan Pemberdayaan APRIL Group melalui program Riau Ecosystem Restoration (RER) telah mengembangkan pendekatan pelestarian yang menyeluruh, dari hulu hingga hilir.
 
1.    Agroforestri terintegrasik Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani mengenai budidaya berkelanjutan untuk komoditas unggulan seperti kopi dan rotan. 
2.    Kewirausahaan berbasis lingkungan Mengembangkan UMKM yang mengolah hasil hutan non kayu seperti madu, minyak atsiri, dan kerajinan. 
3.    Pendanaan dan insentif Mendorong akses warga terhadap pembiayaan ramah lingkungan seperti KUR Hijau.  
4.    Pengembangan ekowisata: Merancang program wisata edukatif berbasis konservasi yang dikelola bersama masyarakat.   

Indra Pratama, Kepala Departemen Sustainability APRIL Group, menyampaikan bahwa membangun sinergi dengan masyarakat adalah bentuk tanggung jawab jangka panjang perusahaan. “Pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat harus berjalan beriringan,” tegasnya. 

Keterlibatan pemerintah daerah penting untuk memperkuat kerangka kebijakan yang mendukung konservasi partisipatif. Dukungan dalam bentuk regulasi desa dan penganggaran kegiatan melalui RPJMDes menjadi kunci. Kelembagaan lokal seperti KTH, Bumdes, dan Lembaga Adat berperan strategis dalam mendukung keberhasilan di tingkat Desa. Lembaga adat membantu menyelesaikan sengketa lahan dengan pendekatan kultural, sementara Bumdes mengelola dan memasarkan hasil-hasil ekonomi hijau.

Dampak Positif di Lapangan  

Berbagai inisiatif yang dijalankan menunjukkan hasil nyata Pengurangan signifikan aktivitas pembukaan lahan ilegal.  Peningkatan penghasilan petani dari hasil hutan berkelanjutan. Terbentuknya kelompok masyarakat pelestari hutan yang aktif.  Keterlibatan generasi muda dalam usaha hijau dan program konservasi.  Lahirnya UMKM perempuan berbasis hasil hutan non kayu. Yang paling signifikan adalah transformasi cara pandang masyarakat dari eksploitasi menuju perlindungan hutan. 

Kolaborasi untuk Menjaga Rimba Respons APRIL Group terhadap Pembukaan Lahan Ilegal Di tengah komitmen menjaga kelestarian hutan dan mendorong ekonomi hijau, APRIL Group dihadapkan pada tantangan nyata lebih dari 100 warga membuka lahan secara ilegal di zona hutan lindung untuk keperluan pertanian. Namun, alih-alih menempuh pendekatan represif, perusahaan ini justru mengedepankan solusi berbasis kolaborasi, dialog, dan pemberdayaan.

Masalah ini tak bisa dilihat semata-mata sebagai pelanggaran hukum. Bagi banyak masyarakat di sekitar kawasan hutan, pembukaan lahan adalah respons terhadap kebutuhan ekonomi dan keterbatasan akses terhadap sumber penghidupan yang layak. APRIL Group memahami bahwa kunci utama menjaga hutan bukan hanya patroli atau teknologi, tapi juga membangun rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif di tengah masyarakat.

Dalam konribusi APRIL Group langkah-langkah dalam melakukam pemberdayaan dalam menangani masalah yang terjadi di Taman Nasional Tesonilo Seblat:

1. Dialog Komunitas dan Pendekatan Kultural langkah pertama yang diambil adalah membangun ruang dialog dengan masyarakat, tokoh adat, dan aparat pemerintah Desa. Pendekatan ini bertujuan menggali akar permasalahan serta menciptakan kesepahaman bersama tentang pentingnya menjaga hutan. Dalam pertemuan-pertemuan ini, APRIL memposisikan diri bukan sebagai “penjaga hutan” semata, tetapi sebagai mitra yang ingin menciptakan solusi berkelanjutan bersama masyarakat.
2. Program Pencegahan dan Edukasi Desa Bebas Api Melalui program Desa Bebas Api (Fire Free Village Program), APRIL membekali masyarakat dengan pelatihan pencegahan kebakaran, serta memberikan insentif bagi desa yang berhasil mencegah pembakaran lahan. Program ini tak hanya membangun kapasitas warga dalam menjaga lingkungan, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial untuk melindungi kawasan hutan dari kerusakan lebih lanjut.
3. Alternatif Ekonomi yang Berkelanjutan Memahami bahwa pertanian adalah salah satu kebutuhan utama warga, APRIL menawarkan berbagai bentuk kegiatan alternatif yang sah dan ramah lingkungan. Di antaranya adalah: 
a)    Pelatihan pertanian ramah lingkungan di kawasan budidaya yang legal Pembangunan sistem agroforestry, yang mengombinasikan tanaman hutan dan pertanian dalam satu Kawasan.
b)    Pemberdayaan usaha mikro dan ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal, seperti pengolahan hasil hutan non-kayu, kerajinan tangan, dan madu hutan
c)    Pembentukan kelompok usaha binaan yang mendapat akses pasar, pelatihan, dan pendampingan.
Langkah-langkah ini memberi harapan baru bagi masyarakat agar tidak lagi bergantung pada praktik pembukaan lahan ilegal.
4. Kemitraan Pemerintah dan Penegakan Hukum yang Soluti APRIL juga bersinergi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kepolisian, serta pemerintah daerah untuk menjaga kawasan konservasi. Namun, pendekatannya bukan hanya bersifat penindakan hukum. Mereka mendorong pemulihan sosial dan lingkungan, di mana warga yang pernah melakukan pelanggaran diberi kesempatan mengikuti program pemulihan dan pelatihan keterampilan sebagai bagian dari reintegrasi ke dalam sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
5. Pendidikan Lingkungan dan Generasi Muda Investasi jangka panjang dilakukan melalui pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah sekitar hutan. APRIL mendukung kegiatan “Pelajar Peduli Hutan”, lomba lingkungan, dan kampanye literasi hijau yang menumbuhkan kesadaran sejak usia dini. Harapannya, generasi muda tumbuh dengan pemahaman bahwa hutan bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga warisan yang harus dijaga bersama.
 6. Teknologi dan Pemantauan Kolaboratif Di lapangan, APRIL mengombinasikan teknologi modern seperti satelit, drone, dan GIS (sistem informasi geografis) dengan patroli masyarakat (community ranger).

Masyarakat dilatih untuk turut memantau kawasan hutan dan melaporkan potensi ancaman, menciptakan sistem perlindungan berbasis partisipasi warga. Menuju Masa Depan Hijau  Cerita dari Giri Mulyo menjadi bukti bahwa konservasi dan kesejahteraan dapat berjalan berdampingan melalui kolaborasi. Dengan dukungan sektor swasta seperti APRIL Group, peran aktif masyarakat, dan kebijakan pemerintah yang berpihak, transisi menuju ekonomi hijau bukan hanya mimpi Situasi 100 lebih warga yang membuka lahan secara ilegal bukan sekadar persoalan hukum, tetapi cermin dari kebutuhan akan pendekatan pembangunan yang lebih adil dan inklusif. Bagi APRIL Group, menjaga hutan berarti juga menjaga kehidupan mereka yang tinggal di sekitarnya.

Grup APRIL meluncurkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan pada bulan Januari 2014. Kebijakan baru tersebut menggaris bawahi komitmen Grup APRIL untuk menyeimbangkan kebutuhan dalam menyelamatkan lingkungan dan mengutamakan kepentingan masyarakat setempat, dengan tetap menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Komite Penasehat Pemangku Kepentingan independen juga diperkenalkan untuk memastikan transparansi dan pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. ***
 

Penulis: Irpandi - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syariq Qasim Riau (UIN)


 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak