RIAU24.COM - Donald Trump, pemimpin Partai Republik, akan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47 pada Senin (20 Januari).
Upacara peresmian akan diadakan di dalam rotunda gedung Capitol AS pada pukul 12:00 waktu setempat (5:00 GMT).
Berikut adalah lima hal penting yang perlu diketahui tentang perjalanan politik Trump:
1. Awal politik yang tidak terduga
Pada Juli 2015, pengusaha Donald Trump, tanpa pengalaman politik, mengejutkan semua orang dengan mengumumkan pencalonan presidennya.
Terlepas dari keraguan, dia memenangkan nominasi Partai Republik pada tahun 2016.
Dalam pemilihan, ia mengalahkan Hillary Clinton, yang mengejutkan bangsa dan menandai kebangkitan populisme dalam politik AS.
2. Tindakan dan kontroversi yang berani
Ketika Trump menjadi presiden pada 20 Januari 2017, dia dengan cepat mengambil langkah berani.
Dia mengembalikan Kebijakan Mexico City, menarik AS keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik, dan memperkenalkan larangan perjalanan di beberapa negara mayoritas Muslim.
Tindakan ini, bagian dari kebijakan ‘America First’-nya, kontroversial tetapi membuatnya mendapat dukungan kuat dari banyak orang Amerika yang merasa diabaikan oleh sistem politik.
3. Masalah hukum dan pemakzulan
Trump menghadapi tantangan hukum dan politik yang berkembang selama masa kepresidenannya.
Pada 2018, ia memulai perang dagang dengan China.
Dia juga diselidiki karena kemungkinan hubungan kampanyenya dengan Rusia.
Pada 2019, Dewan Perwakilan Rakyat memakzulkannya atas tindakannya terkait dengan Ukraina, tetapi Senat kemudian membebaskannya.
4. Covid 19 dan pemilu 2020
Pandemi Covid 19 menjadi masalah utama selama tahun terakhir Trump menjabat. Tanggapannya terhadap krisis itu dikritik secara luas.
Pada pemilu 2020, Trump kalah dari Joe Biden tetapi terus mengklaim pemilu itu ‘dicuri’, meskipun tidak ada bukti.
Dia meluncurkan beberapa pertempuran hukum yang gagal atas hasilnya.
5. Kerusuhan Capitol dan pengaruh yang sedang berlangsung
Kepresidenan Trump berakhir dengan kerusuhan Capitol pada 6 Januari 2021, di mana para pendukungnya mencoba menghentikan hasil pemilu agar tidak disertifikasi.
Setelah itu, DPR memakzulkan Trump untuk kedua kalinya, menuduhnya menghasut pemberontakan, tetapi Senat tidak menghukumnya.
Trump melewatkan pelantikan Biden, melanggar tradisi. Bahkan setelah meninggalkan kantor, Trump tetap menjadi tokoh politik yang kuat, menghadapi tantangan hukum tetapi masih mendapat dukungan signifikan di dalam Partai Republik.
(***)