RIAU24.COM - Putaran pembicaraan nuklir berikutnya antara Iran dan tiga negara Eropa akan berlangsung pada 13 Januari di Jenewa, kantor berita semi-resmi Iran mengutip Wakil Menteri Luar Negeri negara itu Kazem Gharibabadi mengatakan pada hari Rabu.
Pembicaraan nuklir
Diskusi itu, yang pertama sejak pemilihan AS, terjadi setelah Teheran marah dengan resolusi yang didukung Eropa yang menuduh Iran bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB.
Teheran bereaksi terhadap resolusi tersebut dengan memberi tahu pengawas IAEA bahwa mereka berencana untuk memasang lebih banyak sentrifugal pengayaan uranium di pabrik pengayaannya.
Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan kepada Reuters pada bulan Desember bahwa Iran secara dramatis mempercepat pengayaan uranium hingga kemurnian 60%, lebih dekat ke tingkat sekitar 90% yang merupakan tingkat senjata.
Teheran membantah mengejar senjata nuklir dan mengatakan programnya damai.
Pada 2018, pemerintahan Donald Trump saat itu keluar dari pakta nuklir Iran 2015 dengan enam kekuatan besar dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Iran, mendorong Teheran untuk melanggar batas nuklir pakta tersebut, dengan langkah-langkah seperti membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya ke kemurnian fisil yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.
Pembicaraan tidak langsung antara pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan Teheran untuk mencoba menghidupkan kembali pakta itu telah gagal, tetapi Trump mengatakan selama kampanye pemilihannya pada bulan September, "Kita harus membuat kesepakatan, karena konsekuensinya tidak mungkin. Kita harus membuat kesepakatan.”
(***)