RIAU24.COM - Sebagai upaya meningkatkan perekonomian para nelayan kepiting di Kelurahan Sapat, Kecamatan Kuala Indragiri, Yayasan Mitra Insani (YMI) dan Pesisir Lestari melaksanakan pilot project penutupan parit di lokasi yang dianggap memiliki potensi besar hasil perikanan.
Baca Juga: Fermadani Akui Kemenangan Herman-Yuliantini di Pilkada Inhil
Sebelum melakukan penutupan parit atau tabungan istilah yang digunakan dalam program percontohan tersebut, pihak YMI terlebih dahulu membuat profil data perikanan dari 6 desa di dua Kecamatan, hingga akhirnya terpilih Kelurahan Sapat dan Desa Sungai Piyai.
"Dari data tersebut terpilihlah Sapat dan Desa Sungai Piyai. Alasannya wilayah tangkapnya luas, jumlah tangkap dan nelayannya juga banyak," Jelas Abizar Koodinator YMI Kabupaten Indragiri Hilir, Kamis 23 September 2022 lalu.
Setelah terpilih, dilanjutkan dengan pendataan hasil tangkapan kepiting oleh Enumeratur (pendata, red) yang terdiri dari nelayan, pengepul dan masyarakat tempatan.
Diungkapkan Abi, Enumeratur yang sudah dilatih sebelumnya tersebut, melakukan pengumpulan data, yakni jenis kepiting, bobot, lokasi penangkapan hingga biaya operasional yang setiap harinya data tersebut di update.
"Sejak Desember 2021 lalu, setelah 10 bulan dilakukan pendataan ini, hasilnya hampir 6 ribu lebih kepiting tangkapan oleh nelayan itu grit nya C, dengan total 1,140 kg tentu harganya jauh lebih murah dibandingkan Grit A ataupun B," bebernya.
"Jadi nelayan kita itu paling banyak mendapat hasil tangkapan dengan grit C. Walaupun banyak namun nilai jual jauh lebih murah. Namun apabila sedikit bersabar, Grit C tadi bisa tubuh lebih besar, karena itu kita tawarkan program tabungan ini," ujar Abizar.
Dari data yang dikumpulkan oleh enumeratur, untuk lokasi percontohan pertama kali, terpilih Parit 18 B, Kelurahan Sapat. Wilayah ini memiliki hasil tangkapan lebih besar persentasenya untuk komoditas kepiting bakau dibandingkan daerah lainnya.
Sebelum dilakukan penutupan lokasi, digelar musyawarah bersama dengan para nelayan tempatan, untuk mendapatkan kesepakatan bersama pri hal penutupan sementara lokasi yang dianggap memiliki potensi besar hasil perikanan tersebut.
Dari hasil musyawarah tersebut, dihasilkan kesepakatan bersama, yakni penutupan selama 3 bulan, dimulai 22 September 2022 hingga Desember 2022. Selama penutupan dilokasi dilarang melakukan aktifitas penangkapan perikanan, dilarang melakukan penebangan magrove. Dilokasi tersebut tetap bisa diakses sebagai jalur transportasi.
Andi Masrapi, pengepul kepiting yang ditunjuk juga sebagai Ketua kelompok mengatakan dilokasinya ada 30 nelayan aktif yang ikut berpartisipasi dalam project tabungan ini. Dan ia berharap dengan penutupan parit 18 B ini dapat meningkatkan hasil pendapatan para nelayan, terutama hasil tangkapan yang lebih besar untuk kepiting.
"Semoga dari kegiatan ini dapat lebih membatu para nelayan terutama dari hasil tangkapan kepiting memiliki nilai jual yang tinggi," tutur dia.
Lanjut Andi, biasanya kepiting di penampungannya dilempar ke penampung lebih besar di Desa Sungai Bela, lalu di ekspor ke Singapura ataupun di bawa ke Tembilahan.
Baca Juga: Kapolsek Kateman dan Panit Opsnal Reskrim Silaturrahmi Ke Pondok Pesantren Daarul Rahman V Air Tawar
Untuk perbandingan harga kepiting dengan Grit C dijual ke penampung seharga Rp 35 rb, Grit B Rp 75 ribu, Girt AT Rp 100 ribu, Grit A Rp 120, Grit A Super 2 Rp 150 ribu dan Grit A Super 1, Rp 200 ribu.