Ketika Gurun Berubah Menjadi Putih: Hujan Salju di Arab Saudi Adalah Tanda Bahaya Iklim

R24/tya
Ketika gurun berubah menjadi putih/ X-@AMAZlNGNATURE
Ketika gurun berubah menjadi putih/ X-@AMAZlNGNATURE

RIAU24.COM Salju di Arab Saudi hampir tidak pernah terjadi.

Namun musim dingin ini, sebagian wilayah utara negara itu menyaksikan pemandangan yang lebih umum di Eropa daripada gurun Arab.

Suhu turun tajam di daerah seperti Tabuk, dan dataran tinggi di sekitarnya diselimuti salju, dan otoritas cuaca terpaksa mengeluarkan peringatan gelombang dingin.

Video bukit pasir yang tertutup salju dan lanskap beku menyebar dengan cepat secara online.

Meskipun banyak yang kagum dengan pemandangan tersebut, gambar-gambar itu membawa pesan yang lebih dalam dan lebih mengkhawatirkan.

Hujan salju di salah satu wilayah terpanas di dunia bukan hanya hal yang tidak biasa, tetapi juga merupakan gejala dari planet yang keseimbangan iklimnya dengan cepat terganggu.

Peristiwa ini menggarisbawahi realitas yang telah diperingatkan para ilmuwan selama bertahun-tahun: perubahan iklim bukan lagi teori.

Dampaknya sedang terjadi sekarang, seringkali dalam bentuk yang menantang catatan sejarah dan harapan regional.

Dunia dengan cuaca ekstrem

Kesalahpahaman umum adalah bahwa pemanasan global hanya mengakibatkan kenaikan suhu di mana-mana.

Para ahli iklim berpendapat sebaliknya.

Planet yang lebih hangat memerangkap lebih banyak panas dan kelembapan di atmosfer, meningkatkan ketidakstabilan dan memicu peristiwa cuaca ekstrem dan tak terduga.

Ini menjelaskan mengapa gelombang panas, curah hujan lebat, banjir bandang, dan cuaca dingin tiba-tiba muncul secara bersamaan di berbagai belahan dunia, termasuk wilayah di mana fenomena tersebut dulunya jarang terjadi.

Meskipun pengurangan emisi tetap penting, beradaptasi dengan perubahan iklim kini tak terhindarkan.

Salju di Arab Saudi tidak boleh dianggap remeh sebagai keanehan internet.

Ini adalah tanda peringatan lain dari dunia di mana pola cuaca semakin tidak menentu dan tak kenal ampun.

Seiring dengan terus meningkatnya suhu global, anomali seperti itu kemungkinan akan menjadi lebih umum, bukan sebaliknya.

Krisis di belahan bumi selatan

Apa yang terjadi di Arab Saudi mencerminkan tren yang lebih luas di seluruh Global South.

Asia Tenggara telah dilanda banjir yang terus-menerus yang telah menyebabkan jutaan orang mengungsi.

Negara-negara Afrika mengalami pasang surut antara kekeringan berkepanjangan dan banjir mendadak, yang menghancurkan pertanian.

Di Amerika Selatan, lonjakan suhu yang tidak normal telah mengganggu ekosistem dan membebani jaringan listrik.

Negara-negara berkembang menanggung beban terberat dari gejolak ini.

Kepadatan penduduk yang tinggi, infrastruktur yang rapuh, dan ketergantungan yang besar pada mata pencaharian yang sensitif terhadap iklim berarti bahkan guncangan cuaca jangka pendek pun dapat meningkat menjadi keadaan darurat kemanusiaan dan ekonomi.

Kekhawatiran ini mendominasi diskusi pada KTT iklim COP30 tahun ini di Belém, Brasil, di mana para pemimpin mengakui bahwa dampak iklim semakin cepat daripada kemampuan banyak negara untuk beradaptasi.

Krisis iklim bukan lagi sesuatu yang akan datang. Krisis itu telah tiba, dan sedang membentuk kembali kehidupan secara nyata.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak