RIAU24.COM -Setidaknya 4.000 siswa dilaporkan mengalami keracunan makannan yang disajikan dari Makan Begizi Gratis (MBG) sejak delapan bulan terakhir.
Hal ini merujuk pada data dari Institu For Develompement of Economics and Finance (Indef) yang dikutip Senin, (8/9).
Menindaklanjuti dan menyikapi dari data keluaran Indef, Presiden Prabowo Subianto menghentikan sementara program yang menjadi prioritas peemrintah.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti merespons temuan.
Ia menyebut, pihaknya tetap akan mendukung keberlanjutan MBG dan akan menyiapkan sekolah-sekolah sebagai penerima manfaat dari program ini.
"Soal adanya berbagai peristiwa, sebagian anak-anak keracunan, mudah-mudahan bisa menjadi bahan evaluasi," ucapnya di Masjid Agung Jawa Tengah, Magelang, Jumat (5/9).
"MBG ini sudah sesuai dengan arahan bapak Presiden, tetap akan jalan terus. Dan secara bertahap akan terus disempurnakan dan ditingkatkan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Ekonomi dan UMKM Indef, Izzudin Al Farras, menilai pemerintah tidak seharusnya menganggap ribuan korban keracunan MBG hanya sebagai angka statistik.
“Kami mendorong agar setelah evaluasi, setelah dihentikan sementara, kemudian dievaluasi,” ujar Farras mengutip Kompas, Senin (8/9).
Farras menekankan, angka keracunan MBG belum mencerminkan secara menyeluruh persoalan mendasar lainnya, seperti lemahnya perencanaan dan pengawasan program di berbagai daerah.
Ia mencatat sejumlah pemberitaan media massa yang mengungkap berbagai temuan di lapangan.
Mulai dari masalah bahan mentah yang dipasok ke SPPG atau dapur umum, dugaan penggunaan minyak babi pada nampan MBG, serta praktik mark-up anggaran yang bahkan diakui Badan Gizi Nasional.
Jika masalah tak segera diselesaikan dan dibenahi, rencana pemerintah untuk memperluas cakupan program dengan alokasi anggaran yang meningkat dari Rp71 Triliun pada tahun 2025 akan menajdi Rp335 Triliun pada APBN 2026.
Maka, hal ini berpotensi memperbesar jumlah korban seiring dengan membengkaknya anggaran yang digelontorkan.
(***)