Israel Menyerang Gedung Militer di Dekat Damaskus, Tewaskan 6 Tentara Suriah

R24/tya
Gambar lama serangan Israel di luar Damaskus (2022) /AFP
Gambar lama serangan Israel di luar Damaskus (2022) /AFP

RIAU24.COM - Pasukan darat Israel melakukan serangan di sebuah lokasi di Suriah dekat Kisweh, di luar Damaskus, yang telah menjadi sasaran serangan udara dua hari sebelumnya, menurut media pemerintah Suriah.

Serangan awal terjadi pada hari Selasa (26 Agustus), dilaporkan menewaskan enam tentara Suriah, sebagaimana dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri Suriah.

Kantor berita pemerintah SANA melaporkan pengeboman susulan pada hari Rabu (27 Agustus).

SANA mengutip sumber pemerintah yang mengungkapkan bahwa tentara menemukan alat pengintai dan penyadapan di lokasi tersebut sebelum serangan hari Selasa.

Seorang pejabat pertahanan anonim mengatakan kepada AFP bahwa lokasi tersebut adalah bekas pangkalan militer Suriah di Tal Maneh, dekat Kisweh.

Setelah serangan kedua, SANA menyatakan bahwa pasukan Israel diterbangkan ke daerah tersebut untuk melakukan serangan, meskipun rinciannya masih belum jelas di tengah penerbangan pengintaian yang sedang berlangsung.

Israel telah melancarkan sejumlah serangan udara di Suriah sejak jatuhnya rezim dan telah menguasai sebagian besar zona demiliterisasi yang dipantau PBB di sepanjang garis gencatan senjata Suriah-Israel.

Persenjataan Hizbullah dilaporkan di lokasi

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, yang memantau zona konflik melalui kontak lokal, mengindikasikan bahwa situs tersebut menyimpan senjata yang terkait dengan Hizbullah, milisi Lebanon yang didukung Iran dan sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Observatorium tersebut menggambarkan serangan itu sebagai operasi darat Israel pertama sejak jatuhnya Assad dalam serangan pemberontak pada bulan Desember.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan pesawat tak berawak di pinggiran kota Kisweh, dengan menyatakan bahwa serangan tersebut mengakibatkan tewasnya delapan tentara.

Kementerian tersebut menyebut serangan itu sebagai pelanggaran berat hukum internasional dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan dan integritas teritorial (Suriah).

Kementerian tersebut menuduh Israel terus-menerus menjalankan kebijakan agresif yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas kawasan.

Keterlibatan Israel di Suriah setelah jatuhnya Assad

Kekerasan baru-baru ini di Provinsi Sweida, Suriah, dimulai ketika anggota suku Badui mendirikan pos pemeriksaan dan diduga merampok seorang pria Druze.

Insiden ini memicu siklus penculikan dan serangan balasan antara suku Badui dan kelompok bersenjata Druze.

Pasukan pemerintah berusaha campur tangan tetapi dianggap berpihak pada Badui, yang menyebabkan ketegangan dengan faksi-faksi Druze.

Masuknya militer Suriah ke wilayah Druze menimbulkan kekhawatiran akan penargetan minoritas, terutama mengingat trauma masa lalu seperti serangan ISIS tahun 2018 terhadap komunitas Druze, yang menewaskan dan menculik banyak orang.

Israel campur tangan terutama untuk mencegah kelompok militan beroperasi di dekat perbatasan utaranya dan untuk melindungi populasi Druze di Suriah karena hubungan yang kuat dengan komunitas Druze Israel sendiri.

Dengan alasan masalah keamanan, Israel memberlakukan zona demiliterisasi yang dideklarasikan sendiri di Suriah selatan dan melancarkan beberapa serangan udara.

Meskipun AS berupaya menengahi perdamaian melalui Perjanjian Abraham dan terlibat dengan pemerintah Suriah, Israel tetap waspada terhadap kepemimpinan baru di bawah al-Sharaa dan telah memperluas kehadirannya di wilayah Suriah sejak jatuhnya Assad.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak