RIAU24.COM - Militer China menuduh Taiwan pada hari Rabu memaksa rakyatnya menjadi umpan meriam saat negara itu mengamuk terhadap latihan militer terbaru yang dilakukan oleh angkatan bersenjata pulau itu.
“Para pemimpin Taipei dengan mengatasnamakan perlindungan terhadap Taiwan, justru merugikan dan menghancurkan Taiwan, serta memaksa rakyatnya menjadi umpan meriam", kata juru bicara Kementerian Pertahanan Beijing, Zhang Xiaogang, dalam konferensi pers rutin.
Taiwan bulan ini mengadakan latihan militer ‘Han Kuang’ selama 10 hari.
Daripada hanya menangkis serangan China di pantainya, pasukan Taiwan tahun ini juga berlatih melawan pasukan penyerang di jalan-jalan kota.
Militer Beijing pada hari Rabu marah besar atas latihan tersebut, dan menyebutnya hanya pertunjukan.
"Mereka tidak dapat mengubah kehancuran kemerdekaan Taiwan yang tak terelakkan," kata Zhang, menuduh Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taipei telah menetas rencana jahat.
"Kami dengan tegas memperingatkan otoritas DPP bahwa perbuatan yang tidak adil akan membawa kehancuran, apa pun upaya yang mereka lakukan, semuanya akan sia-sia," tambahnya.
Sementara itu, Taipei mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya telah mendeteksi 33 serangan mendadak pesawat tempur utama dan tambahan China, 23 di antaranya memasuki wilayah udaranya.
"Berkoordinasi dengan kapal-kapal angkatan laut di bawah apa yang disebut 'patroli kesiapan tempur gabungan', mereka telah mengganggu wilayah udara dan laut di sekitar kami," kata Kementerian Pertahanan pulau itu.
Tiongkok Komunis tidak pernah memerintah Taiwan tetapi Beijing bersikeras pulau itu adalah bagian dari wilayahnya dan mengancam akan menggunakan kekuatan untuk menguasainya.
Taiwan ingin menunjukkan kepada dunia, terutama pendukung keamanan utamanya Washington, bahwa pihaknya serius dalam meningkatkan kemampuan pertahanannya.
Namun minggu ini muncul laporan bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menolak izin bagi Presiden Taiwan Lai Ching-te untuk transit di New York sebagai bagian dari perjalanan resmi ke Amerika Latin bulan depan.
Kementerian luar negeri Taipei dalam tanggapannya mengatakan Lai tidak diblokir untuk mengunjungi Amerika Serikat dan bahwa ia tidak punya rencana untuk bepergian ke luar negeri dalam waktu dekat.
(***)