Rocky Gerung Desak Prabowo Koreksi Penyataannya soal PSI: PSI Kaesang Berbeda dengan Sutan Sjahrir!

R24/zura
Rocky Gerung Desak Prabowo Koreksi Penyataannya soal PSI. (Screenshot dari YouTube Channel @RockyGerungOfficial_2024)
Rocky Gerung Desak Prabowo Koreksi Penyataannya soal PSI. (Screenshot dari YouTube Channel @RockyGerungOfficial_2024)

RIAU24.COM Pengamat politik Rocky Gerung tidak terima dengan pidato Presiden Prabowo Subianto di acara Kongres Parta Solidaritas Indonesia (PSI) beberapa waktu lalu.

Rocky menilai Prabowo Subianto perlu mengoreksi pernyataannya yang membandingkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masa kini dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didirikan oleh Sultan Sjahrir pada 1948. Menurut Rocky, penyamaan kedua entitas politik itu menyesatkan secara historis dan ideologis.

Dalam diskusi terbarunya yang diunggah di kanal YouTube resminya, Rocky mengkritik pidato Presiden Prabowo dalam penutupan kongres PSI yang digelar pekan lalu. Dalam pidatonya, Prabowo menyatakan keterkaitan emosionalnya terhadap PSI karena ayahnya, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, pernah menjadi tokoh penting dalam Partai Sosialis Indonesia.

Namun menurut Rocky, kesamaan nama tidak berarti kesamaan ideologi atau perjuangan. Ia menilai PSI modern, yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep dan dikenal sebagai partai “super terbuka” versi Presiden Jokowi, berbeda secara fundamental dari PSI yang didirikan Sjahrir, Mohammad Roem, dan Subadio Sastrosatomo.

"Yang jadi soal membandingkannya dengan PSI tahun 50-an itu. PSI yang didirikan oleh Sutan Sjahrir, oleh Muhammad Roem, oleh Soebadio Sastrosatomo, bahkan oleh ayahnya Pak Prabowo sendiri, Pak Sumitro Djojohadikusumo. Kan perbandingan itu menunjukkan bahwa Presiden Prabowo itu kurang paham sejarah PSI yang awal tuh," kata Rocky saat bicara di channel Youtubenya @RockyGerungOfficial_2024, Minggu malam (27/7/2025).

Rocky memaparkan, PSI (Partai Sosialis Indonesia) didirikan pada 1948 untuk menjaga demokrasi yang dianggap terancam karena indikasi otoritarianisme pada diri Presiden Sukarno.

Ia menjelaskan, Partai Sosialis Indonesia dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 1960 karena secara terbuka menentang gejala otoritarianisme yang berkembang di era Demokrasi Terpimpin. Bagi Rocky, sikap kritis PSI terhadap kekuasaan kala itu justru mencerminkan watak moral dan intelektual partai yang sebenarnya.

"Karena PSI awal itu partai kader dimaksudkan untuk menjaga negeri supaya demokrasi tetap hidup. Dan karena itu partai itu kemudian dibubarkan oleh Soekarno karena memprotes gejala otoriter pada Presiden Soekarno tahun 60-an itu," papar Rocky.

Sikap dan tujuan PSI sosialis yang sangat berbeda dengan PSI solidaritas itu membuat Rocky mendesak agar Prabowo segera mengoreksi pidatonya.

Rocky juga menggarisbawahi bahwa PSI masa lalu adalah partai kader yang dihuni para intelektual, bukan partai yang menghamba kepada kekuasaan. Ia menyebut partai tersebut memiliki basis gagasan yang kuat, mengedepankan pendidikan politik, dan didirikan oleh tokoh-tokoh berintegritas tinggi.

“Kalau kita baca buku-buku Sjahrir seperti Perjuangan Kita atau Demokrasi Sosialis, semua itu menunjukkan ada pikiran di situ. PSI adalah partai kader, bukan partai cawek-cawek kekuasaan,” katanya.

Sebaliknya, Rocky menilai PSI modern lebih mencerminkan pragmatisme politik yang lekat dengan dukungan oligarki. Ia mengkritik ideologi yang diusung partai tersebut, yang menurutnya hanya menjadi perpanjangan tangan kekuasaan dan kehilangan arah perjuangan ideologis.

“Kenapa saya menyatakan kita bingung? Karena mereka mengusung ideologinya Jokowisme. Sementara Jokowi itu dikenal sebagai presiden yang boro-boro soal sosialisme, dia lebih dekat pada oligarki,” ujarnya.

Rocky juga menyampaikan bahwa penyamaan antara PSI lama dan PSI baru justru berpotensi memalsukan sejarah. Ia khawatir publik, khususnya generasi muda, akan salah memahami akar sejarah ideologis Indonesia.

“Sekali lagi, ini soal kejujuran dan kebenaran historis. Demi apa pun, sesuatu yang sekadar dibandingkan tanpa argumentasi historis, apalagi ideologis, itu menyesatkan,” katanya.

Dalam narasinya, Rocky bahkan menyebut bahwa sejarah perjuangan PSI lama telah menjadi bahan kajian akademik, termasuk dalam berbagai disertasi. Ia menyayangkan bahwa warisan ideologis tersebut kini tereduksi hanya menjadi simbol atau nama partai yang digunakan tanpa pemahaman mendalam.

“Kalau kita bicara PSI Sultan Sjahrir, kita mesti bicara soal ideologi sosialisme yang sampai sekarang jadi bahan kajian serius. Sementara PSI sekarang seolah cuma partai anak muda yang kehilangan arah,” ungkap Rocky.

Terakhir, Rocky menyerukan agar Presiden Prabowo mengoreksi pernyataannya secara terbuka. Ia menilai, sebagai kepala negara, pernyataan Prabowo akan dicatat sejarah dan memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk persepsi politik generasi baru.

“Layak kalau saya minta dikoreksi itu, demi keadilan sejarah, demi keutuhan argumentasi intelektual, dan terutama demi pengetahuan generasi baru untuk memahami genealogi ideologi politik Indonesia,” tutup Rocky.

PSI yang kini dipimpin Kaesang Pangarep begitu menjunjung tinggi sosok Presiden ke-7 RI, yang juga ayah Kaesang, Jokowi.

Bahkan sosok Jokowi dijadikan paham yang dianut sebagai pegangan partai dalam berpolitik, yakni Jokowisme.

Di saat PSI sosialis menentang pengkultusan sosok seperti Sukarno, PSI solidaritas justru mengagung-agungkan sosok Jokowi.

Menyamakan kedua partai itu hanya berdasarkan singkatannya, menurut Rocky, Prabowo telah serampangan.

"Pak Prabowo yang mungkin agak serampangan. Memang enggak, saya tetap pakai kata serampangan untuk membandingkan bahwa seolah-olah PSI (Partai Solidaritas Indonesia) ini yang dipimpin oleh Pak Kaesang dan dikomandoi secara paternal oleh bapaknya pasti itu, secara kategoris bukan kelanjutan dari PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang partai kader yang isinya adalah kaum intelektual sebetulnya yang berupaya untuk mencari jalan supaya Indonesia tidak jatuh di dalam demagogi."

"Itu karena pada waktu itu banyak kalangan demagog yang terbuai mengkultuskan Bung Karno. Salah satu pesan Sutan Sjahrir waktu itu adalah jangan kultuskan individu tetapi jadikan politik itu sebagai arena perdebatan masa depan dengan konsep yang kuat."

"Jadi saya kira itu bedanya antara PSI yang di awal dan PSI yang sekarang," papar Rocky.

Menurut Rocky, Prabowo telah menyesatkan masyarakat dengan pidatonya.

Putra Sumitro harus kembali bicara dan menjelaskan tentang Partai Sosialis Indonesia dengan sebenar-benarnya hingga tak dianggap sama dengan Partai Solidaritas Indonesia oleh masyarakat yang belum membaca sejarah.

"Demi apapun sesuatu yang sekedar dibandingkan tanpa ada keterangan atau argumentasi historis apalagi argumentasi ideologis itu menyesatkan."

"Tentu menyesatkan karena orang-orang akan anggap bahwa oh PSI yang sekarang itu satu ide dengan PSI sebelumnya. Itu betul-betul jauh itu berbeda sekali ideologinya tuh," pungkasnya.

Penggalan Pidato Prabowo

Sebelumnya, Prabowo menyebut PSI (Partai Solidaritas Indonesia) sebagai penerus PSI (Partai Sosialis Indonesia).

Hal itu disampaikan Prabowo saat berpidato pada Kongres PSI, di Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025).

“Saya sedikit emosional kalau mendengar kata-kata PSI, karena dahulu ayahanda saya pernah menjadi ketua PSI, yang PSI lama, PSI versi lama, yaitu Partai Sosialis Indonesia, sekarang ada penerusnya Partai Solidaritas Indonesia. Terima kasih telah memilih nama PSI, hurufnya dipilih, tetapi ya solidaritas sosial, Pancasila juga sosial,” kata Prabowo.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak