Anugerah dari PKB untuk Pesantren Transformatif

R24/azhar
Presiden RI Prabowo Subianto didampingi Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar menyerahkan penghargaan kepada lima pesantren salafiyah transformatif. Sumber: JPNN
Presiden RI Prabowo Subianto didampingi Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar menyerahkan penghargaan kepada lima pesantren salafiyah transformatif. Sumber: JPNN

RIAU24.COM - Ketua Panitia Harlah PKB ke 27 Ahmad Iman Syukri memberikan penghargaan kepada lima pesantren salafiyah transformatif yang dinilai berhasil menggabungkan tradisi, inovasi, dan kemandirian di era Revolusi Industri 4.0.

Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi PKB terhadap pesantren yang terus menjaga akar tradisi sambil secara adaptif dan inklusif menjawab tantangan zaman dikutip dari rmol.id, Jumat, 25 Juli 2025. 

"PKB menganggap pesantren adalah pilar penting dalam membangun Indonesia yang berkarakter," ujarnya.

Serta pondok harus mandiri, dan siap menghadapi masa depan.

Lima Pesantren Transformatif penerima penghargaan yakni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Cidahu, Pandeglang, Banten, diasuh oleh Abuya Muhtadi Dimyathi.

Pesantren tersebut dianggap tetap kokoh dalam mengajarkan kitab kuning sekaligus terbuka pada digitalisasi sumber-sumber keilmuan. 

Pesantren tersebut dikenal dengan program dakwah terintegratif dan semangat kemandirian sosial, pesantren ini menjadi simbol pengabdian yang adaptif dan membumi.

Kedua, Pesantren Internasional Asy-Syifa Al Mahmudiyah, Sumedang, Jawa Barat.

Pondok ini dipimpin oleh Abuya Prof. Dr. KH. Muhyiddin Abdul Qodir Almanafi, pesantren ini menonjol dengan kurikulum karakter berbasis nilai Islam, integrasi ilmu pengetahuan, dan lingkungan belajar yang kondusif. Pesantren ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai salafiyah mampu berdialog dengan semangat globalisasi pendidikan.

Ketiga Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Pondok ini dirintis oleh almaghfurlah Syaikhina KH. Maimun Zubair, pesantren ini tetap istiqamah menjaga sistem pendidikan salafiyah yang kuat, namun terus mengikuti perkembangan zaman. Maqalah beliau yang terkenal, “Wajib bagi orang yang berakal mengetahui situasi zamannya,” menjadi dasar filosofi transformasi pesantren ini.

Keempat, Pondok Pesantren Salafy Terpadu Ar-Risalah Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. 

Pesantren ini memadukan kekuatan salafiyah dengan inovasi teknologi melalui sistem informasi akademik berbasis aplikasi. Bahasa asing seperti Arab, Inggris, Jepang, dan Mandarin diajarkan, serta keterampilan abad 21 yang relevan. Alumni pesantren ini tersebar di berbagai universitas dalam dan luar negeri.

Kelima, Pondok Pesantren Nahdliyin Agrobisnis, Gunung Lerang, Bone, Sulawesi Selatan. 

Mengembangkan konsep kemandirian ekonomi, pesantren ini membina santri dalam agribisnis; dari bercocok tanam, beternak, hingga pengolahan produk pangan. Dengan demikian, para santri tak hanya alim secara keilmuan, tapi juga mandiri secara ekonomi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak