RIAU24.COM - Kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP masih menyimpan banyak tanda tanya. Jasad ADP ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dengan kepala terlilit lakban pada Selasa (8/7) pagi. Hingga kini, penyebab pasti kematian belum terungkap, mendorong Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) turun langsung memantau proses penyelidikan yang dilakukan Polda Metro Jaya.
Komisioner Kompolnas Choirul Anam meninjau langsung lokasi kejadian, menyusul temuan baru yang diperoleh dari pihak keluarga korban di Yogyakarta. "Kami melakukan pendalaman apa yang sudah kami dapat di Yogya, termasuk informasi awal yang sebelumnya kami dapat," kata Anam kepada wartawan, Selasa (22/7).
Penyelidikan Ilmiah dan Pengawasan Ketat
Polda Metro Jaya berkomitmen mengusut tuntas kasus ini dengan menggunakan metode scientific investigation. Kompolnas pun menyatakan akan terus mengawasi setiap perkembangan, termasuk memastikan prosedur hukum berjalan transparan dan akuntabel.
“Cek lokasi, cek detail kamar, cek apa yang ada di CCTV dan sebagainya,” ujar Anam saat melakukan pengecekan ke tempat kejadian. Menurutnya, semua aspek teknis, termasuk barang-barang korban dan kronologi waktu kejadian, sedang dianalisis secara mendalam.
Kondisi Kamar Kos dan Rekaman CCTV
Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada kerusakan pada plafon kamar maupun kamar mandi ADP. Pengecekan juga dilakukan terhadap semua CCTV di sekitar lokasi. “Jumlah CCTV sebelum dan sesudah kejadian sama. Kami juga hitung semua CCTV yang ada di dalam,” jelas Anam.
Pihak Kompolnas tengah mengonfirmasi titik-titik krusial dari rekaman, termasuk durasi pengambilan gambar—mulai dari dua menit hingga dua hari—yang dianggap relevan dengan peristiwa.
Peran Penjaga Kos dan Posisi Kunci
Penjaga kos yang pertama kali menemukan jasad ADP turut diperiksa. Kompolnas bahkan meminta penjaga memperagakan posisi kunci kamar korban. “Posisi kunci sangat krusial. Kami cek fisik dan kami konfirmasi karena ada video juga. Saat dibuka, posisi kunci slot dalam kondisi terkunci dari dalam,” ungkap Anam.
Lebih lanjut, Kompolnas menelusuri komunikasi antara penjaga kos dan istri korban. “Kami dapat menit per menitnya apa saja yang dibicarakan. Kami tahu konteksnya,” tambahnya.
Teka-Teki Kresek Hitam
Salah satu misteri dalam kasus ini adalah kantong kresek hitam yang sempat dibawa ADP keluar dari kamar pada malam sebelum kematian. Rekaman CCTV menunjukkan ADP masuk kamar pada pukul 23.23 WIB dan keluar membawa kresek satu menit kemudian. Ia kembali ke kamar tanpa membawa kantong tersebut.
Kompolnas mengonfirmasi bahwa mereka telah mengetahui isi kantong kresek itu, namun enggan membeberkan ke publik. "Karena CCTV yang tersebar di publik itu bawa tas kresek, yang juga jadi pertanyaan isinya apa. Kami sudah ditunjukkan oleh pihak Polda Metro Jaya, tapi biarkan penyidik yang akan menjelaskan," tutur Anam.
Latar Belakang dan Aktivitas Sebelum Kematian
Kompolnas juga mendalami aktivitas ADP beberapa hari sebelum kematian. "Yang kami dapatkan (dari keluarga) adalah struktur cerita, tidak hanya pas hari-H, tapi juga sebelumnya. Termasuk barang yang muncul setelah hari-H,” ungkap Anam. Namun, ia menekankan bahwa rinciannya akan tetap menjadi ranah penyidik.
Kesaksian Tetangga: Malam Hening, Hujan Rintik
Salah satu penghuni kos yang masih terjaga hingga pukul satu dini hari memberikan kesaksian soal suasana malam sebelum kejadian. “Apakah ada suara mencurigakan? Tidak ada. Suaranya hening seperti biasa. Apalagi malam itu juga hujan rintik-rintik,” ungkap tetangga korban yang diperiksa Kompolnas.
Kasus ini menyita perhatian publik karena melibatkan pejabat diplomatik muda dan indikasi kejanggalan di tempat kejadian. Kompolnas menegaskan akan terus mengawal proses hukum, termasuk memastikan informasi dari keluarga korban diintegrasikan ke dalam penyelidikan resmi. Hingga kini, publik menantikan hasil autopsi forensik dan pengungkapan motif yang bisa menjelaskan kematian tragis ini.
(***)