Antre Air Bersih, Anak-anak Gaza Diserang Israel hingga Tewas

R24/riz
Gaza
Gaza

RIAU24.COM Gaza kembali berdarah. Bukan di garis depan, bukan di markas militer, tapi di tengah antrean warga sipil yang hanya ingin satu hal, air bersih.

Sedikitnya enam anak-anak dan empat orang dewasa tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam titik distribusi air di Kamp Pengungsi Nuseirat, Gaza Tengah, Minggu (13/7) pagi waktu setempat.  

Para korban tengah mengantre dengan jeriken kosong untuk mengambil air bersih ketika serangan terjadi. Jenazah para korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit al-Awda di Nuseirat.  

Seorang dokter di rumah sakit tersebut menyebut bahwa mereka juga menangani 16 korban luka, termasuk tujuh anak-anak. 

Baca Juga: Koalisi Netanyahu Diambang Kehancuran Setelah Keluarnya Partai Yudaisme Torah Bersatu yang Ultra-Ortodoks

Menurut saksi mata, serangan dilakukan oleh pesawat nirawak (drone) yang menembakkan rudal ke arah kerumunan warga di dekat truk air. 

Militer Israel menyatakan serangan tersebut menargetkan seorang anggota kelompok Jihad Islam, namun terjadi "kesalahan teknis" yang membuat amunisi jatuh puluhan meter dari sasaran sebenarnya.  

"Insiden ini sedang kami tinjau," ujar pernyataan resmi militer. 

Militer Israel (IDF) mengaku mengetahui laporan jatuhnya korban sipil dan menyampaikan bahwa mereka "berusaha meminimalkan kerugian terhadap warga sipil sebisa mungkin" dan "menyesali setiap korban yang bukan sasaran." 

Video yang telah diverifikasi menunjukkan kepanikan warga saat mengevakuasi korban, termasuk anak-anak yang tergeletak di antara jeriken kuning.  

Serangan ini terjadi di tengah eskalasi serangan udara Israel di seluruh Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir. Situasi kemanusiaan memburuk Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa 19 warga Palestina lainnya tewas dalam tiga serangan udara terpisah di Gaza Tengah dan Kota Gaza pada hari yang sama. 

Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengungkapkan bahwa rumah sakit lapangan mereka di Rafah telah menangani lebih banyak kasus korban massal dalam enam minggu terakhir dibandingkan sepanjang 12 bulan sebelumnya. 

Pada Sabtu (12/7), rumah sakit tersebut menerima 132 pasien dengan luka akibat senjata, di mana 31 di antaranya meninggal dunia.  

Baca Juga: Pemerintah Jepang Bentuk Unit Khusus Tangani Warga Asing Gegara Ini

"Sebagian besar korban mengalami luka tembak," ujar ICRC, menambahkan bahwa seluruh korban menyatakan mereka tengah berusaha mengakses bantuan makanan saat insiden terjadi. 

ICRC mencatat, sejak 27 Mei saat titik distribusi makanan baru mulai beroperasi, lebih dari 3.400 pasien luka senjata telah ditangani dan lebih dari 250 kematian tercatat.  

"Frekuensi dan skala insiden korban massal ini mencerminkan kondisi mengerikan yang dialami warga sipil di Gaza," tegas ICRC.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak