RIAU24.COM - Di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, seorang utusan AS pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat tersandung dan secara tidak sengaja menyalahkan Yerusalem karena menyebarkan kekacauan, teror, dan penderitaan di Timur Tengah sebelum menyadari kesalahannya.
Kuasa Usaha ad interim AS untuk PBB, Dorothy Shea, memberikan pidato di DK PBB, mengecam aktivitas Iran terhadap Israel.
"Pemerintah Israel juga telah menyebarkan kekacauan, teror, dan penderitaan di seluruh wilayah," Shea membacakan pidatonya.
Ia kemudian terdiam sejenak, menggelengkan kepala sambil segera mengoreksi ucapannya dan mengulang kalimat, "Pemerintah Iran juga telah menyebarkan kekacauan, teror, dan penderitaan di seluruh wilayah."
Ia melanjutkan pidatonya, "Jangan lupa bahwa pemerintah Iran merupakan kekuatan material yang memungkinkan dan ideologis di balik serangan mematikan Hamas terhadap Israel."
Kesalahan yang dilakukan diplomat senior AS di panggung sebesar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menjadi viral di media sosial.
Dalam pidatonya, Shea juga menekankan bahwa belum terlambat bagi pemerintah Iran untuk melakukan hal yang benar.
Ia mengulangi pernyataan Presiden AS Donald Trump dan mengatakan bahwa Iran harus sepenuhnya menghentikan program pengayaan nuklirnya dan semua aspirasi untuk memperoleh senjata nuklir.
Dorothy Shea menyatakan bahwa Israel telah berulang kali menyerukan penghancuran Israel serta kematian bagi Amerika.
Meskipun ia menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan Israel terhadap Iran, diplomat Amerika tersebut mengatakan, "Jangan ada keraguan bahwa Amerika Serikat terus mendukung Israel dan tindakannya terhadap ambisi nuklir Iran."
Diplomat Amerika tersebut menjelaskan bahwa para pemimpin Iran dapat menghindari perang saat ini jika mereka menerima perjanjian yang akan mencegah mereka memiliki senjata nuklir.
Dengan menolak kesepakatan itu, Shea menjelaskan, Iran memiliki semua yang dibutuhkan untuk memiliki senjata nuklir, seraya menambahkan bahwa satu-satunya hal yang tersisa untuk dimilikinya sekarang adalah keputusan dari pemimpin tertingginya, Ayatollah Ali Khamenei.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump akan membuat keputusan untuk bergabung dengan Israel dalam menyerang Iran atau tidak, dalam dua minggu karena perang antara Israel dan Iran telah berlanjut selama seminggu sekarang dengan Israel menyerang fasilitas nuklir dan pejabat militer Teheran.
Selama pengarahan di Gedung Putih, juru bicara Karoline Leavitt mengatakan bahwa Trump akan membuat keputusan apakah akan menyerang Iran dalam waktu dua minggu.
"Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar terjadinya negosiasi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan," kata Trump dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh sekretaris persnya, Karoline Leavitt.
Gedung Putih menambahkan bahwa korespondensi dengan Iran terus berlanjut.
Seorang pejabat Israel pada hari Kamis mengatakan kepada The Times of Israel bahwa mereka memperkirakan Presiden AS Donald Trump akan bergabung dalam serangan terhadap program nuklir Iran.
"Harapannya adalah mereka akan bergabung, tetapi tidak ada yang memaksa mereka," kata pejabat tersebut.
"Mereka harus membuat keputusan sendiri," tambahnya.
"Kita akan tahu dalam 24-48 jam ke depan," pejabat itu memperkirakan, sebelum Gedung Putih mengatakan bahwa presiden AS akan memutuskan dalam dua minggu ke depan.
(***)