RIAU24.COM - Indonesia telah memberikan lampu hijau bagi keanggotaan penuh Kongo dalam Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit atau CPOPC, yang mungkin menjadikannya negara Afrika pertama yang bergabung dalam kelompok yang bertujuan untuk menyatukan para produsen komoditas tersebut di seluruh dunia.
Menteri Senior Airlangga Hartarto telah menandatangani surat edaran tentang persetujuan masuknya Kongo sebagai anggota penuh CPOPC, pemerintah mengumumkan pada Rabu malam. Surat tersebut harus mendapatkan tanda tangan dari anggota lain, yaitu Malaysia, Honduras, dan Papua Nugini.
"Kongo merupakan negara tamu dan negara pengamat CPOPC sebelum menjadi anggota penuh. Kongo akan menjadi negara Afrika pertama yang memperoleh status keanggotaan penuh. Dengan bergabungnya Kongo dalam kelompok ini, posisi CPOPC di panggung global akan semakin kuat, ... dan memperluas pengaruh organisasi ini di pasar minyak sawit global," demikian bunyi siaran pers Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia.
Indonesia mengatakan bahwa keanggotaan Kongo dianggap dapat membantu kelompok tersebut mengatasi hambatan perdagangan, meskipun Jakarta tidak menyebutkan secara spesifik hambatan mana yang dimaksud. Meskipun demikian, para anggota CPOPC telah mengkritik peraturan antideforestasi Uni Eropa atau UE yang mereka khawatirkan dapat berdampak buruk pada ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa. Jakarta juga mengatakan bahwa keanggotaan Kongo dapat "membuka jalan bagi industri minyak kelapa sawit yang lebih inklusif di Afrika".
Indonesia dan Malaysia -- yang secara kolektif menghasilkan lebih dari 80 persen pasokan minyak sawit global -- mendirikan CPOPC pada tahun 2015. Honduras menjadi anggota CPOPC sekitar tiga tahun kemudian. Papua Nugini adalah pendatang baru terakhir sebelum Kongo karena Port Moresby bergabung dengan klub tersebut pada akhir tahun 2024 setelah mengajukan permohonan resmi pada tahun 2020.
Saat ini, Nigeria dan Ghana adalah negara pengamat pada kelompok tersebut.
Pada tahun 2023, area panen kelapa sawit di Kongo mencapai 340.000 hektar dan menghasilkan 2,2 juta tandan buah segar. Sektor ini mempekerjakan sedikitnya 54.000 pekerja kelapa sawit.
Di tengah berkembangnya kelompok CPOPC, Indonesia saat ini tengah mengalami penurunan ekspor minyak sawitnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya senilai $1,44 miliar pada bulan Januari. Angka ini menurun 24,1 persen dibandingkan dengan ekspor sebesar $1,89 miliar yang tercatat pada bulan Desember 2024. ***