RIAU24.COM -Pemerintah terus berupaya memaksimalkan potensi energi baru terbarukan seperti sinar matahari hingga air.
Untuk memasok energi, maka diperlukan transmisi untuk menghubungkan listrik antar pulau.
Sekretaris Eksekutif dan Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Septian Hario Seto mengatakan Indonesia membutuhkan US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 321 triliun untuk membangun transmisi yang menghubungkan antar pulau.
Seto mengatakan pemerintah tidak dapat menggantungkan diri pada skema bantuan internasional untuk membangun transmisi.
Oleh sebab itu, pemerintah akan lebih banyak mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membangun transmisi jaringan listrik.
"Kita harus mengandalkan pendanaan dari ABBN, karena menurut saya ini esensial," kata Seto dalam diskusi publik, di Jakarta, Selasa (17/12).
Pemerintah juga dapat melelang proyek pembangunan jaringan transmisi listrik hijau kepada swasta.
Dengan begitu pemerintah hanya perlu menyiapkan tarif yang dibayarkan oleh perusahaan pengguna jaringan tersebut.
Seto mengatakan kondisi geografis dan sebaran sumber energi baru terbarukan (EBT) yang tersebar menjadi tantangan untuk Indonesia dalam memaksimalkan potensi energi hijau.
Pasalnya, sampai dengan saat ini Indonesia belum memiliki jaringan transmisi yang mampu menghubungkan antara sumber energi dan pengguna energi.
"Kendalanya kalau PLTA di Jawa dan di Sumatra itu kecil-kecil, tidak seperti di Kalimantan yang kapasitasnya besar," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 1.200 triliun untuk membangun pembangkit dan transmisi Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 10 tahun kedepan.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengatakan Indonesia harus mengembangkan transmisi yang cukup panjang untuk dapat memanfaatkan sumber daya listrik yang bersumber dari EBT.
Ia mengatakan, dalam 10 tahun ke depan, Indonesia memerlukan transmisi lebih dari 50.000 kilometer (km), termasuk transmisi tegangan ekstra tinggi sekitar 500 kilowatt (KW) sepanjang lebih dari 10.000 km sirkuit.
(***)