RIAU24.COM -Hamas adalah kelompok bersenjata dan gerakan politik Palestina di Jalur Gaza, mereka menolak proposal gencatan senjata jangka pendek dan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel.
Hal ini diungkap dalam pernyataan Amerika Serikat, usai panggilan telepon antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada Minggu (3/11).
"Hamas sekali lagi menolak untuk membebaskan bahkan sejumlah kecil sandera, untuk mengamankan gencatan senjata dan bantuan bagi rakyat Gaza," kata pernyataan AS, dikutip Times of Israel.
Sebelumnya, Mesir mengajukan proposal gencatan senjata awal selama 48 jam, di mana Hamas harus mempersiapkan pembebasan empat sandera Israel selama 10 hari ke depan.
Keempat sandera tersebut di antaranya harus masuk dalam kategori kemanusiaan seperti perempuan, lanjut usia, atau sakit.
Sebagai gantinya Israel akan membebaskan sekitar 100 tahanan Palestina dari penjara.
Selama kesepakatan 12 hari tersebut, Israel dan Hamas akan mengadakan pembicaraan tentang gencatan senjata yang lebih panjang.
Hamas menolak proposal tersebut dan memegang teguh usulan mereka yang diajukan Juli lalu.
Tuntutan Hamas adalah untuk mengakhiri perang di Gaza secara permanen dan menarik seluruh pasukan Israel dari tanah Palestina.
Tawaran Hamas itu berisi sejumlah persyaratan baru dan ditolak oleh Benjamin Netanyahu.
PM Israel itu bersikeras pasukannya harus tetap mempertahankan posisinya di Koridor Philadelphi dan Nerzarim.
(***)