RIAU24.COM - SORE MENJELANG SENJA, puluhan pakaian berbahan viscose rayon dipamerkan para model belia diatas catwalk dalam acara APR Media Workshop di Hotel Pangeran Pekanbaru, Senin (21/10/2024). Pagelaran fesyen kolaborasi Asia Pacific Rayon (APR) dengan dua jenama lokal Riau serta line up fesyen dari Everything Indonesia tersebut pun sukses memukau perhatian para tamu undangan.
Kolaborasi ini mengambil tema "APR: From Plantation fo Fashion", menggarisbawahi komitmen APR terhadap produksi viscose yang bertanggung jawab serta keberlanjutan yang difokuskan pada manufaktur yang bersih, sumber yang berkelanjutan, dan inisiatif untuk mendukung karyawan dan masyarakat.
Ikut hadir dalam acara itu Presiden Direktur APR Basrie Kamba, Head of Corporate Communications PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Aji Wihardandi, Corporate Communication Manager PT RAPP Jarot Handoko, Wakil Ketua BPD Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi Riau Arniningsih dan dua desainer Riau yakni Thiffa Qaisty Salsabila dan Rika Guslaili.
Di kesempatan itu, Basrie Kamba memaparkan peran APR dalam mendukung fesyen berkelanjutan (suistainable fashion) di Indonesia.
(Foto: Presiden Direktur APR Basrie Kamba)
“Penggunaan viscose rayon dalam industri tekstil merupakan kontribusi perusahaan dalam komitmen APR2030 yang diluncurkan pada 22 November 2021 lalu," ungkap Basrie saat membuka acara.
APR2030 adalah visi untuk memenuhi tantangan pada dekade mendatang yang didasarkan pada empat pilar komitmen dengan 19 target spesifik yang ingin dicapai pada tahun 2030, yakni dampak positif terhadap iklim dan alam, manufaktur bersih, sirkularitas, dan masyarakat yang inklusif.
Basrie menjelaskan visi APR2030 adalah untuk membangun masyarakat serta bekerjasama dengan produsen benang, kain dan garmen serta fesyen retail tentang iklim positif menuju sustainable fashion sesuai dengan Sustainable Development Gold (SDG).
"APR mempelopori daur ulang limbah tekstil di Indonesia, mulai dari membangun infrastruktur pengumpulan, pemilahan, logistik yang diperlukan dan memastikan limbah tekstil tidak berakhir di tempat pembuangan akhir. Kami juga berkomitmen untuk membangun kemakmuran inklusif lewat serat terbarukan,” kata Basrie yang juga Ketua Badan Perwakilan Daerah (BPD) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Riau.
Kegiatan operasional APR lewat produksi serat viscose menggunakan pulp kayu berbasis bioterbarukan itu juga telah diapresiasi oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Indonesia, Muhammad Lutfi.
Menurut Lutfi, APR melakukan excellent work dan mampu menjadi andalan dalam bahan baku tekstil berkapasitas skala dunia.
Lutfi pun mengapresiasi keberadaan APR yang diibaratkan sebagai Permata dari Riau untuk Indonesia, karena menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan berkompetisi di masa depan.
“APR tidak hanya menjadi pemain regional, akan tetapi juga mampu menjadi pemain di pasar global. Meski baru berdiri, tapi APR mampu menjadi contoh di industri tekstil dalam penerapan bahan kain yang ramah lingkungan,” ujar Lutfhi kala melepas produk serat viscose rayon produksi di PT APR, Rabu (1/12/2021) silam.
Terletak di Pangkalan Kerinci, APR dikelola oleh Royal Golden Eagle (RGE), grup manufaktur berbasis sumber daya global dan kegiatan operasi yang mengglobal.
Menjadi produsen single line terintegrasi terbesar serat stapel viscose di Asia yang mampu memproduksi 300.000 ton viscose rayon per tahun dan telah diekspor ke lebih dari 20 negara di seluruh dunia, APR telah mengantongi sertifikasi internasional Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) sebagai produsen viscose.
Apa itu Viscose Rayon?
Viscose rayon atau juga dikenal dengan kain semi sintetis merupakan material tekstil yang dibuat dari serat selulosa yang terkandung dalam pulp kayu. Digunakan dalam industri mode sebagai pengganti sutra atau katun alami, jika ditilik dari segi karakteristik bahan, viscose-rayon APR memiliki tektur lembut, mampu menyerap keringat hingga 4 kali (berdaya serap tinggi) dan warnanya tidak mudah pudar. Karena cocok untuk iklim tropis di Indonesia, viscose rayon kerap digunakan untuk handuk, pakaian olahraga, seprai, taplak meja hingga furniture.
(Foto: Pembuatan viscose rayon, dok: aprayon)
Tak hanya nyaman untuk digunakan sehari-hari, viscose rayon APR pun sangat ideal bagi penderita alergi karena hampir tidak mengandung zat berbahaya.
Head of Corporate Communication RAPP Aji Wihardandi menjelaskan jika viscose rayon APR dibuat dari pohon akasia dan eukaliptus yang ditanam oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
“Viscose rayon APR dibuat dari pohon akasia dan eukaliptus yang dapat tumbuh dengan cepat, yakni siklus lima tahunan,” ujar pria lulusan Universitas Indonesia itu.
Selain itu, viscose rayon APR juga memiliki sifat yang biodegradable (mudah terurai). “Karena dibuat dan dikelola secara berkelanjutan melalui proses daur ulang, maka 100 persen viscose dye-nya natural. Jadi kalau suatu hari kita merasa bosan sama bajunya, cukup ditanam di tanah dan setelah 21 hari sudah terurai,” pungkas Aji.
Peran APR Dalam Memajukan UMKM Riau
Wakil Ketua BPD Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi Riau Arniningsih yang ditemui secara terpisah, mengungkapkan jika viscose rayon APR kini menjadi menjadi primadona para desainer, karena memiliki tempat khusus di hati para pencinta fesyen.
“Produk khas Riau seperti tenun dan batik yang dipadukan dengan serat viscose rayon APR kini mulai dilirik anak muda. Bahannya terlihat lebih mahal namun dengan biaya yang lebih murah,” kata Nining, panggilan akrab Arniningsih.
Dikatakan Nining, produk UMKM lokal pun tengah gencar melakukan transformasi seperti menyesuaikan bahan tenun dan mengubah corak dan desain agar dapat diterima di pasar fesyen.
“Desainer Riau banyak yang berbakat dan memiliki selera fesyen yang modern. Para desainer ini mampu menciptakan terobasan terbaru dengan mengubah corak dan desain tanpa mengubah nilai-nilai budayanya. Karena jika tanpa inovasi, maka bisa dipastikan umur UMKM di Riau hanya tinggal menunggu waktu,” beber pemilik usaha Batik Seroja dan NZ Craft itu.
Salah satu contoh suistainable fashion yang memadukan bahan viscose rayon APR dan katun adalah tenun Siak Sri Kemuning.
(Foto: Produk tenun berbahan dasar viscose rayon, dok: aprayon)
“Tenun ini adalah perpaduan viscose rayon APR dan katun. Bagus kan hasilnya?,” ujar Nining sambil membelai sehelai kain berwarna kuning keemasan yang terpajang disudut ruangan.
Dikatakan Nining, APR memiliki andil penting dalam mentransformasi produk tenun lokal Riau hingga mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. “APR telah membuka ruang bagi UMKM Riau ditengah gempuran produk impor di era pasar digital. Lewat berbagai pelatihan dan beasiswa, pelaku UMKM lokal kini mampu berdiri di kancah nasional dan internasional,” puji wanita berparas manis itu.
Djarot Handoko, Corporate Communication Manager PT RAPP mengatakan APR telah meluncurkan kampanye Everything Indonesia sebagai katalisator untuk merevitalisasi Indonesia sebagai pusat manufaktur tekstil global dan mendukung permintaan rayon dalam negeri,
Salah satu kegiatan dalam kampanye Everything Indonesia adalah menjadi inisiator Jakarta Fashion Hub (JFH) sejak tahun 2020.
JFH, dikatakan Djarot, menawarkan ruang kreatif serta mengkatalisasi desain dan kreativitas mode rumahan.
“Para desainer, pengusaha dan produsen fesyen lokal telah berkolaborasi serta memanfaatkan JFH sebagai ruang kreativitas untuk menampilkan karya. Kolaborasi ini diharapkan dapat mewujudkan tujuan Indonesia sebagai kiblat modest fashion dunia dengan memperhatikan mode keberlanjutan,” ungkap Djarot.
Sejak 2021, APR telah menggunakan JMFW untuk mengenalkan viscose rayon di dunia fesyen dan mengangkat nama Riau sebagai pusat tekstil di Indonesia.
Pada JMFW 2024, APR dan API Riau berkolaborasi dalam membuat koleksi fesyen dengan mengangkat tema Sajak di Atas Ombak. Bersama enam perancang busana dan enam pengrajin batik asal Riau, APR berhasil menyatukan budaya Melayu Riau yang tradisional dengan sentuhan gaya kontemporer.
Thiffa Qaisty Salsabila dan Rika Guslaili, dua desainer yang turut ambil bagian dalam JMFW 2024 mengungkapkan jika kolaborasi tersebut merupakan hasil pelatihan bernama Kelas Berbagi yang diinisiasi API Riau dan didukung oleh APR.
Dengan penuh senyum Thiffa menjelaskan proses seleksi ketat yang harus mereka jalani sebelum akhirnya bergabung dalam JMFW 2024.
(Foto: Pagelaran fesyen dalam APR Media Workshop)
“Kami dikurasi dengan kurator yang sudah expert di bidangnya dari Jakarta dalam menggabungkan elemen tradisional ke dalam format kontemporer. Gunanya untuk menciptakan karya yang dapat digemari sesuai tren saat ini. Kami harus mampu membangun rasa percaya curator, sehingga menghasilkan karya yang maksimal,” ungkap CEO dan Creative Director Brand Sakinah sekaligus pemilik Sapola Indonesia tersebut.
Rika Guslaili, pemilik Laili Imra pun mengaku bangga bisa menjadi bagian dari JMFW.
“Saya sangat bangga dan bersyukur dapat tampil di JMFW. Selaku pengrajin UMKM, saya sangat kagum bisa berada di panggung nasional sekaliber JMFW. Lewat pelatihan yang dberikan APR, kami mendapat banyak ilmu tentang fesyen, salah satunya cara mengkombinasikan batik atau tenun untuk dibuat semodern mungkin sesuai desain dan ciri khas masing-masing merek. Harapan saya APR semakin sukses dan dikenal di dunia,” ungkap Rika.
Selain itu, Djarot mengungkapkan peran APR dalam mendukung bakat lokal para desainer di Riau dengan memberikan Pelatihan Aplikasi Batik pada Kain Viscose, program beasiswa untuk calon desainer mode di Riau serta menyokong dukungan dana untuk siswa SMK di Riau.
Djarot berharap kerja keras APR bersama desainer dan pengrajin batik dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dan Riau sebagai textile hub di Indonesia dapat membuahkan hasil yang maksimal.
“Kolaborasi APR dengan para desainer dan pengrajin sejalan dengan komitmen keberlanjutan APR2030. Tak hanya membantu merevitalisasi UMKM di Indonesia, APR telah menunjukkan komitmen dengan menggunakan material eco-friendly, sebuah komitmen perusahaan untuk ikut mendukung fashion yang lebih berkelanjutan," tutup Djarot.***