Reaksi Dunia Internasional soal Kabar Tewasnya Pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel 

R24/zura
Reaksi Dunia Internasional soal Kabar Tewasnya Pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel.
Reaksi Dunia Internasional soal Kabar Tewasnya Pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel.

RIAU24.COM Israel mengumumkan pasukannya telah membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar dalam serangan di Jalur Gaza bagian selatan. 

Militer Israel mengonfirmasi kematian Sinwar pada Kamis (17/10/2024), namun Hamas belum memberikan komentar terkait klaim ini.

Sinwar sebelumnya diangkat sebagai kepala biro politik Hamas pada Agustus lalu, menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh dalam kunjungan ke Iran pada 31 Juli.

Berikut sejumlah reaksi dunia atas terbunuhnya Sinwar, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (18/10/2024).

Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel telah "menyelesaikan perhitungan" dengan Sinwar, namun menegaskan bahwa "perang belum berakhir."

Netanyahu dalam pidato televisinya menyatakan bahwa "cahaya mengalahkan kegelapan" di wilayah tersebut dan kematian Sinwar adalah "tonggak penting" dalam penurunan kekuatan Hamas. Menurut Netanyahu, Hamas tidak akan lagi memerintah Gaza.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyebut pembunuhan Sinwar sebagai "pencapaian militer dan moral bagi tentara Israel," sementara Benny Gantz, Ketua Partai Persatuan Nasional Israel, memuji militer Israel.

"Ini adalah pencapaian penting dengan pesan yang jelas - kami akan mengejar musuh kami sampai akhir, kapan saja dan di mana saja," tulis Gantz di platform media sosial X.

Keluarga Tawanan Israel

Kelompok kampanye Israel, Forum Tawanan dan Keluarga Hilang, menyambut baik pernyataan tentara Israel tersebut, dan menyatakan bahwa kematian Sinwar seharusnya membantu "mengamankan" pembebasan tawanan yang masih berada di Gaza.

"Forum ini menyambut baik eliminasi Yahya Sinwar dan mendesak untuk memanfaatkan pencapaian besar ini untuk memastikan kembalinya para sandera," kata mereka dalam pernyataan resmi.

Amerika Serikat

Presiden AS Joe Biden mengatakan kematian Sinwar menandai momen kelegaan bagi warga Israel sekaligus memberikan peluang untuk masa depan Gaza tanpa kelompok tersebut berkuasa.

"Yahya Sinwar adalah hambatan tak teratasi untuk mencapai semua tujuan itu. Hambatan itu kini tidak ada lagi. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Biden dalam pernyataannya.

Wakil Presiden Kamala Harris menyebut kematian Sinwar sebagai kesempatan untuk "mengakhiri perang di Gaza." 

"Keadilan telah ditegakkan," ujar Harris kepada wartawan. 

Sinwar bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober ke Israel, yang menjadi serangan paling mematikan di negara tersebut.

Jerman

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyebut Sinwar sebagai "seorang pembunuh kejam dan teroris" dan menuntut agar Hamas segera membebaskan semua tawanan yang disandera.

Prancis

Presiden Emmanuel Macron menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza setelah Israel mengklaim telah membunuh Sinwar.

"Yahya Sinwar adalah orang utama yang bertanggung jawab atas serangan teroris dan tindakan biadab pada 7 Oktober," tulis Macron di platform X.

NATO

Sekjen NATO Mark Rutte mengatakan kepada wartawan di sebuah konferensi pers di Brussels bahwa "jika ia meninggal, saya pribadi tidak akan merindukannya," mengacu pada Sinwar.

Italia

Menteri Luar Negeri Antonio Tajani mengatakan: "Tampaknya pemimpin militer Hamas telah terbunuh dan saya yakin bahwa dari sudut pandang ini Israel mungkin telah melakukan pembelaan diri terhadap teroris Hamas."

"Saya berharap hilangnya pemimpin Hamas akan mengarah pada gencatan senjata di Gaza," tambahnya.

Inggris

John Healey, Menteri Pertahanan Inggris Raya, mengatakan: "Saya, sebagai salah satu pihak, tidak akan berduka atas kematian seorang pemimpin teror seperti Sinwar, seseorang yang bertanggung jawab atas serangan teror pada tanggal 7 Oktober."

Ia mengatakan serangan Israel di Israel selatan tahun lalu "tidak hanya memicu hari paling gelap dan paling mematikan bagi orang-orang Yahudi sejak Perang Dunia Kedua, tetapi juga telah dipicu sejak lebih dari setahun konflik dan tingkat korban sipil Palestina yang tidak dapat ditoleransi."

(***) 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak