RIAU24.COM - PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) atau juga dsindrom polikistik ovarium merupakan kondisi sel telur atau ovum pada perempuan yang tidak dapat berkembang dengan normal. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
Singkatnya, ovarium seorang pengidap PCOS akan memproduksi hormon androgen (hormon seks wanita) yang berlebihan. Akibatnya, ovarium memproduksi banyak kantong berisi kista atau cairan.
Kondisi ini akhirnya menyebabkan sel telur tidak dapat berkembang secara sempurna dan tidak dapat dilepaskan dengan teratur. Karenanya, seorang pengidap PCOS akan sulit mendapatkan keturunan.
Salah satu kondisi tubuh wanita yang meningkatkan risiko PCOS adalah memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Hal ini dijelaskan oleh praktisi kesehatan dr Regina Tatiana Purba, SpOG saat ditemui detikcom di sela kampanye PEARL di Car Free Day (CFD) Jl Sudirman-Thamrin, Jakarta Selatan, Minggu (6/10/2024).
"Bener sih (wanita obesitas rentan terserang PCOS). Ya memang PCOS nggak selalu harus obesitas, tapi orang yang obesitas banyak yang (mengidap) PCOS. Jadi memang idealnya ya obesitas itu bukan cuma (berkaitan dengan) PCOS, penyakit-penyakit lain juga bisa dateng (berkaitan)," ungkap dr Regina.
Menurut dr Regina, memang kondisi PCOS pada wanita umumnya selalu dikaitkan dengan kondisi obesitas. Karenanya, menurunkan berat badan dapat meningkatkan peluang hilangnya gejala PCOS.
Dijelaskan oleh dr Regina, terdapat kemungkinan bahwa pengidap PCOS berisiko lebih tinggi terserang masalah komplikasi kesehatan lainnya, seperti diabetes, darah tinggi, dan juga penyakit jantung.
"Jadi, kayak semacam lingkaran setan sih. Kita (badannya) gemuk, hormonnya terganggu jadi (memicu) PCOS. PCOS-nya sendiri juga akhirnya (menyebabkan) kita menurunkan berat badannya juga jadi lebih sulit, akhirnya ya jadi (memicu) kolesterol tinggi, gula tinggi, akhirnya jadi darah tinggi," jelasnya.
Terakhir, dr Regina juga menyarankan bagi setiap wanita untuk menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat mencegah kadar kolesterol yang tinggi, gula darah yang tinggi, dan bahkan dapat membuat siklus haid menjadi normal kembali. ***