RIAU24.COM - Pernyataan Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mendadak jadi sorotan banyak pihak. Salah satunya Imam Besar Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali.
Melalui akun Twitter pribadinya @ShamsiAli2 mengunggah gambar berisi poin-poin tentang ciri-ciri radikal dan teroris yang disampaikan oleh pengamat intelijen tersebut.
Rupanya tak hanya bahasa Arab yang disebut sebagai ciri teroris, pengamat intelijen itu juga menyebut tiga ciri lainnya, yaitu tidak hafal nama partai politik (parpol), tidak pasang foto presiden dan wakil presiden, serta tidak mau menghafal nama-nama menteri.
Sontak Shamsi Ali tampak geram dengan Susaningtyas. Ia mengaku malu dengan cara pandang seseorang yang disebut sebagai “pengamat”.
Baca Juga: Roy Suryo Cs Vs Jokowi: Laporan Beruntun Soal Ijazah Palsu
“Saya malu dengan cara pandang seorang yang disebut ‘pengamat’,” kata Shamsi Ali.
Menurut Shamsi Ali, hal itu lantaran pengamat tersebut tidak bisa melihat masalah secara luas, dan menanggapi permasalahan dengan cara yang bermutu.
“Tapi cara melihat masalah tak lebih dari anak jalanan. Sempit, pendek, tidak bermutu bahkan memalukan,” tuturnya.
"Sempit, pendek, tidak bermutu bahkan memalukan,” tegasnya.
Baca Juga: Skandal Budi Arie yang Diduga Terima 50 persen untuk Amankan Situs Judi Online
Imam New York ini pun bertanya-tanya benarkah indikator radikalisme ukurannya itu adalah foto dan hapalan nama-nama tersebut di atas.
Setelah pernyataan ini menjadi ramai dan diprotes, Susaningtyas mengklarifikasi maksud pernyataannya dalam webinar beberapa waktu lalu. Dia merasa penyatannya disalahartikan dan media mengutipnya tidak lengkap dengan konteksnya.
Susaningtyas sebagai muslim tentunya menjunjung tinggi keyakinan dalam Islam, dia juga ngaku sangat respek dengan bahasa tersebut.