Pertemuan Kremlin Selama 5 Jam Berakhir dengan Penolakan Putin Terhadap Rencana perdamaian Ukraina Trump

R24/tya
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Sisipan: Donald Trump/ AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Sisipan: Donald Trump/ AFP

RIAU24.COM - Perundingan berisiko tinggi antara Amerika Serikat dan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina berakhir pada Selasa (2 Desember) tanpa hasil yang menggembirakan.

Kremlin menyatakan ‘tidak ada kompromi’ yang dicapai terkait isu utama yang dibahas: wilayah yang direbut Moskow.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan selama lima jam di Kremlin dengan menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, dan utusan khusus AS Steve Witkoff, yang diutus POTUS untuk menyampaikan revisi proposal perdamaian Amerika.

Pertemuan tersebut terjadi setelah Putin sebelumnya mengisyaratkan bahwa pasukannya siap untuk terus bertempur hingga tujuan awal perang Rusia tercapai.

Rusia menolak rencana tersebut

Setelah pertemuan tersebut, ajudan utama kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, mengatakan perundingan itu ‘bermanfaat’ tetapi masih jauh dari konklusif. ]

Ushakov mencatat bahwa di wilayah Ukraina yang diduduki, "sejauh ini kami belum menemukan kompromi, tetapi beberapa solusi Amerika dapat didiskusikan."

Ia mengatakan bahwa meskipun beberapa elemen dari rencana AS dapat diterima, yang lain "tidak sesuai dengan kami, dan pekerjaan akan terus berlanjut".

"Ada beberapa poin yang bisa kami sepakati," kata ajudan diplomatik utama Putin, tetapi "Presiden tidak menyembunyikan sikap kritis, bahkan negatif, kami terhadap sejumlah proposal,” tambahnya.

Poin penting yang masih diperdebatkan adalah tuntutan Rusia agar Ukraina menyerahkan wilayah yang kini diklaim Moskow sebagai miliknya.

Kremlin juga menolak kehadiran pasukan pemantau Eropa di wilayah Ukraina.

Reaksi Donald Trump

Trump, yang berbicara di Washington, memperingatkan bahwa proses tersebut masih jauh dari kata selesai.

"Situasinya tidak mudah," ujarnya.

"Sungguh kacau,” tambahnya lagi.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin (1 Desember) menegaskan bahwa hasil apa pun harus menghasilkan perdamaian abadi, bukan jeda sementara.

Ia mengingatkan sekutu bahwa tidak boleh ada keputusan yang dibuat di belakang Ukraina.

"Yang penting adalah semuanya adil dan transparan. Tidak ada permainan yang dimainkan di belakang Ukraina. Tidak ada yang diputuskan tanpa Ukraina -- tentang kami, tentang masa depan kami," ujarnya.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak