Indonesia Terguncang Setelah Banjir Melanda Pulau Sumatera, Tewaskan Ratusan Orang

R24/tya
Foto udara ini menunjukkan sebuah masjid yang berdiri di tengah lumpur di daerah terdampak banjir bandang di Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 30 November 2025/ AFP
Foto udara ini menunjukkan sebuah masjid yang berdiri di tengah lumpur di daerah terdampak banjir bandang di Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia, pada 30 November 2025/ AFP

RIAU24.COM - Melihat kehancuran di desanya yang dilanda banjir di Indonesia, Fitriati putus asa dan membutuhkan bantuan setelah bencana alam dahsyat yang menewaskan ratusan orang di pulau Sumatra.

"Baru kali ini banjirnya separah ini. Sebelumnya memang pernah ada banjir, tapi tidak separah ini," kata perempuan berusia 40 tahun itu, sambil memeriksa kerusakan akibat hujan deras beberapa hari ini.

Dari lebih dari 300 kematian terkait cuaca yang tercatat dalam seminggu terakhir di pulau Indonesia, sedikitnya 54 orang tewas di provinsi Aceh, tempat Fitriati tinggal dan tempat hampir 50.000 keluarga mengungsi akibat banjir dan tanah longsor.

Bagi sebagian warga, hal ini telah membangkitkan kembali trauma tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004, yang menewaskan lebih dari 170.000 orang di provinsi itu saja.

"Saat itu, yang ada di pikiran saya hanyalah mencari cara untuk mengungsi. Kami sangat takut. Sangat takut," ujar Maulidin, warga Aceh Utara berusia 41 tahun, kepada AFP.

Fitriati sedang tertidur di rumah saat banjir melanda Rabu malam.

Terkejut oleh gemuruh air dari sungai di dekatnya, ia membangunkan keluarganya dan meninggalkan rumah, melihat permukaan air naik dengan cepat.

"Rumah saya sudah hancur, semua barang saya hancur, dan lumpur ada di dalam," katanya.

Rumah itu miring, tertimbun lumpur yang hampir mencapai atap, dengan retakan di seluruh dinding.

Mengenang banjir sebelumnya, Fitriati mengatakan, "Banjirnya hanya setinggi dada orang dewasa dan surut dalam sehari. Banjir tidak merusak rumah atau menimbulkan korban jiwa. Ini sangat buruk."

"Saya tidak tahu lagi harus berkata apa ketika melihat kondisi rumah kami seperti ini. Bahkan jika saya menangis, air mata saya sudah tidak keluar lagi. Air mata saya sudah kering," tambahnya.

“Kami sangat berharap akan mendapat bantuan agar kami tidak kelaparan,” tambahnya.

'Tsunami kedua'

Di sebuah desa di provinsi Sumatera Barat, tempat pihak berwenang melaporkan sedikitnya 90 kematian, Afrianti Usnia sedang membersihkan rumahnya dari lumpur dan puing-puing.

Saat banjir melanda, dia hanya berhasil mengambil beberapa potong pakaian untuk bayinya sebelum mengungsi ke rumah kerabatnya.

"Airnya datang seperti ombak besar. Semua barang saya hilang," kata ibu rumah tangga berusia 39 tahun itu kepada AFP.

"Saya masih trauma, tapi hidup kami di desa ini. Saya harap pemerintah bisa bersikap adil. Kami sudah sering terdampak banjir, tapi belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah," tambahnya.

Pihak berwenang telah melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengalihkan hujan, dan mendistribusikan bantuan menggunakan pesawat dan kapal perang ke daerah yang terkena dampak.

Namun kerusakannya sangat besar, akses dan komunikasi di banyak daerah masih terputus.

"Situasi di beberapa daerah sangat kritis, beberapa desa masih terjebak banjir dan tidak dapat diakses," kata Gubernur Aceh Muzakir Manaf kepada wartawan Sabtu malam.

"Seolah-olah Aceh sedang mengalami tsunami kedua," pungkasnya.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak