Hamas Sebut Israel Mencuri Organ dari Mayat Warga Palestina, dan Ini Bukan Pertama Kalinya

R24/tya
Gambar representatif /AFP
Gambar representatif /AFP

RIAU24.COM - Kelompok militan Palestina, Hamas, menuduh Israel melakukan pencurian organ setelah pertukaran sandera-tahanan berdasarkan perjanjian gencatan senjata.

Pejabat Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada hari Sabtu (1 November) bahwa beberapa jenazah yang diterima Israel selama perjanjian damai di bawah Donald Trump telah dikosongkan dan diisi dengan kapas.

Kementerian tersebut menyatakan, "kementerian tidak memiliki alat untuk membuktikan pencurian organ tubuh para martir oleh pendudukan."

Tuduhan terhadap Israel ini bukan pertama kalinya.

Pada 17 Oktober, direktur kantor media pemerintah Gaza, Dr. Ismail al-Thawabta, menuduh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencuri organ dari jenazah warga Palestina dan menyerukan penyelidikan internasional segera untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran serius terhadap jenazah para martir dan pencurian organ mereka.

Pada November 2023, Euro-Med Human Rights Monitor melacak penyitaan puluhan jenazah oleh IDF dari kompleks medis al-Shifa.

Para tenaga medis di Gaza yang memeriksa beberapa jenazah setelah dilepaskan menemukan bukti pencurian organ, termasuk koklea dan kornea yang hilang serta organ vital lainnya seperti hati, ginjal, dan jantung.

Pada Januari 2024, CNN melaporkan serangan IDF terhadap 16 pemakaman di Gaza, dan di bulan yang sama, Euro-Med Monitor menyatakan bahwa setidaknya 12 pemakaman telah menjadi sasaran IDF.

Sumber-sumber medis mengatakan bahwa setelah diperiksa, beberapa jenazah kehilangan organ.

Hal ini terjadi setelah Advokat Jenderal Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi, kepala bagian hukum militer Israel, mengundurkan diri pada hari Jumat (31 Oktober) terkait penyelidikan kriminal terhadapnya.

Hal ini terjadi setelah video yang bocor di mana tentara terlihat menyiksa seorang tahanan Palestina yang ditangkap selama perang Gaza.

Dalam pengunduran dirinya, Yerushalmi mengatakan ia mengundurkan diri karena telah menyetujui kebocoran video tersebut pada Agustus 2024.

"Saya sangat menyesal, pemahaman dasar ini—bahwa ada tindakan yang bahkan tidak boleh dilakukan terhadap tahanan yang paling keji sekalipun—tidak lagi meyakinkan bagi semua orang," ujarnya.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak