RIAU24.COM - Jumlah korban tewas akibat kebakaran hutan dahsyat yang mengamuk di wilayah Los Angeles Amerika Serikat telah meningkat menjadi lima, pernyataan dari para pejabat pada hari Rabu (8 Januari), memperingatkan bahwa itu mungkin meningkat lebih jauh.
Di kota terbesar kedua di Amerika, lebih dari 1.000 bangunan telah dibakar oleh kebakaran hutan yang telah membuat petugas pemadam kebakaran kewalahan oleh kecepatan dan keganasan mereka.
Di Pacific Palisades kelas atas, sebuah daerah yang terkenal dengan penghuninya yang mewah dan selebriti, angin telah menyebabkan bola api melompat dari satu rumah ke rumah berikutnya, menghancurkan beberapa real estat yang paling diinginkan.
Jumlah kematian bertambah
Memperbarui media tentang jumlah korban tewas, Sheriff Los Angeles County Robert Luna mengatakan bahwa krunya kewalahan dengan skala dan kecepatan kebakaran yang dahsyat.
"Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa. Tapi tidak, kami tidak memiliki cukup personel pemadam kebakaran di LA County di antara semua departemen untuk menangani ini," katanya.
Berbicara kepada stasiun radio KNX, Luna mengatakan bahwa jumlah korban tewas sayangnya telah naik menjadi lima orang, memperingatkan itu bisa meningkat lebih jauh.
"Ingat, ini masih situasi yang sangat cair. Tidak ada penahanan pada kebakaran ini. Saya benar-benar berdoa agar kita tidak menemukan lebih banyak, tetapi saya tidak berpikir itu akan terjadi," tambahnya.
Evakuasi di tengah kondisi yang mengerikan
“Sekitar 70.000 penduduk berada di bawah perintah evakuasi, tetapi beberapa yang tinggal di belakang telah mengalami luka yang signifikan," kata Kepala Pemadam Kebakaran LA County Marrone.
Kru pemadam kebakaran juga berjuang melawan tantangan sumber daya, dengan hidran di Pacific Palisades mengering.
Janisse Quinones, kepala Departemen Air dan Listrik Los Angeles, mendesak penduduk untuk menghemat air.
"Kami memerangi kebakaran hutan dengan sistem air perkotaan, dan itu benar-benar menantang," katanya.
Siap menghadapi bencana
Menurut para ilmuwan, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia berada di balik perubahan pola cuaca yang bertanggung jawab atas bencana tersebut.
Kekeringan selama bertahun-tahun, diikuti oleh musim hujan yang luar biasa yang memacu pertumbuhan vegetasi yang merajalela, telah membuat wilayah itu siap terbakar.
Ahli meteorologi Daniel Swain mencatat kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya selama beberapa bulan terakhir, dikombinasikan dengan angin ekstrem, adalah pendorong utama kebakaran.
"Angin adalah penggeraknya, tetapi katalis sebenarnya adalah kekeringan anteseden yang luar biasa ini," Swain menjelaskan.
"Kurangnya hujan dan kehangatan dan kekeringan anomali yang telah kita lihat dalam enam bulan terakhir. Itu adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat dalam catatan kembali ke tahun 1800-an," pungkasnya.
(***)
