RIAU24.COM - Beberapa hari setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad, Israel meluncurkan beberapa serangan udara ke sasaran militer Suriah dan mengerahkan pasukan darat baik di dalam maupun di luar zona penyangga demiliterisasi negara itu untuk pertama kalinya dalam 50 tahun.
Pada hari Selasa (10 Desember), militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan hampir 480 serangan di Suriah dalam dua hari terakhir, dan menyerang persediaan senjata strategis negara itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan bahwa armada Suriah dihancurkan oleh angkatan laut Israel dalam operasi yang mereka sebut sukses besar.
Dari 480 serangan Angkatan Udara Israel, hampir 350 serangan pesawat berawak yang menargetkan lapangan terbang, baterai anti-pesawat, rudal, drone, jet tempur, tank dan lokasi produksi senjata di Homs, Tartus, Damaskus, Palmyra dan Latakia, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Sisa serangan dilakukan untuk mendukung operasi darat di mana depot senjata, struktur militer, peluncur, dan posisi tembakan ditargetkan.
IDF lebih lanjut menyatakan bahwa dua fasilitas angkatan laut Suriah juga dihantam oleh kapal-kapalnya.
Ada 15 kapal yang berlabuh di fasilitas angkatan laut.
Dalam serangan itu, lusinan rudal laut-ke-laut dihancurkan. Menurut militer, 70-80 persen dari kemampuan militer strategis rezim sebelumnya telah dihancurkan.
Sehari sebelum serangan udara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut jatuhnya rezim Bashar al-Assad sebagai babak baru dan dramatis.
"Runtuhnya rezim Suriah adalah akibat langsung dari pukulan keras yang telah kami gunakan untuk menyerang Hamas, Hizbullah dan Iran," kata Netanyahu dalam konferensi pers pada Senin (9 Desember).
"Poros belum menghilang tetapi seperti yang saya janjikan kita mengubah wajah Timur Tengah. Kami tidak berniat mencampuri urusan dalam negeri Suriah," katanya dalam sebuah pernyataan video.
"Tetapi kami pasti berniat untuk melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan keamanan kami," tambahnya.
"Kami menginginkan hubungan yang benar dengan rezim baru di Suriah. Tetapi jika rezim ini mengizinkan Iran untuk membangun kembali dirinya di Suriah, atau mengizinkan transfer senjata Iran atau senjata lain ke Hizbullah, atau menyerang kami, kami akan menanggapi dengan tegas dan kami akan menuntut harga yang mahal darinya. Apa yang terjadi pada rezim sebelumnya juga akan terjadi pada rezim ini," kata perdana menteri.
(***)