Pembaruan Krisis Asia Barat: Serangan Israel Tewaskan 19 Orang di Gaza, 11 Orang di Beirut

R24/tya
Krisis Asia Barat /Reuters
Krisis Asia Barat /Reuters

RIAU24.COM Krisis di Asia Barat terus meningkat. Pada hari Sabtu (23 November), serangan Israel menewaskan 19 orang di Jalur Gaza dan 11 orang di Beirut, Lebanon.

Seorang juru bicara badan pertahanan sipil Gaza mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 40 lainnya terluka dalam serangan hari Sabtu di wilayah Palestina.

"Sembilan belas orang tewas dan lebih dari 40 lainnya terluka dalam tiga pembantaian yang disebabkan oleh serangan udara Israel di Jalur Gaza antara tengah malam dan pagi ini serta oleh tembakan tank di Rafah di selatan wilayah itu," kata juru bicara itu.

Sementara itu, serangan di Beirut melukai 63 orang.

Tidak ada peringatan evakuasi dari Israel ke Beirut

"Serangan musuh Israel di Basta al-Fawqa di Beirut menewaskan 11 orang, termasuk sejumlah besar bagian tubuh yang sedang diidentifikasi. Jumlah kematian terakhir akan ditentukan setelah tes DNA dilakukan," kata kementerian kesehatan Lebanon dalam sebuah pernyataan.

Mengutip media pemerintah, AFP melaporkan bahwa tim penyelamat terlihat menyingkirkan puing-puing di Jalan Al-Mamoun di Basta (lingkungan), di mana pesawat musuh Israel menargetkan bangunan delapan lantai saat fajar, menghancurkannya, dan menyebabkan sejumlah besar orang tewas dan terluka.

Media pemerintah juga mengatakan bahwa serangan hari Sabtu adalah kedua kalinya distrik Basta menjadi sasaran sejak konflik Israel-Hizbullah di Lebanon dimulai.

Israel dan kelompok militan Lebanon yang bersekutu dengan Iran, Hizbullah, telah baku tembak selama lebih dari setahun secara paralel dengan perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Setelah satu tahun pertukaran lintas batas, Israel secara dramatis meningkatkan kampanye udaranya di Lebanon pada bulan September dan kemudian mengirim pasukan darat ke Lebanon selatan untuk memerangi Hizbullah.

Rumah sakit di Gaza hanya memiliki dua hari bahan bakar tersisa

Pada hari Jumat, kementerian kesehatan Palestina mengatakan bahwa rumah sakit di Gaza hanya memiliki dua hari bahan bakar tersisa sebelum mereka harus membatasi layanan.

Marwan al-Hams, direktur rumah sakit lapangan Gaza, mengatakan kepada wartawan bahwa semua rumah sakit di wilayah Palestina akan berhenti bekerja atau mengurangi layanan mereka dalam waktu 48 jam karena penghalangan pendudukan (Israel) terhadap masuknya bahan bakar.

Peringatan ini datang sehari setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak