RIAU24.COM - Seorang jurnalis Iran dilaporkan bunuh diri sebagai protes terhadap pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei beberapa jam setelah menuntut pembebasan empat tahanan politik.
Kianoosh Sanjari yang berusia 42 tahun melompat dari sebuah gedung pada hari Rabu (13 November) di Teheran setelah memposting di X menuntut pembebasan para tahanan.
Menurut kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran, Ali Raniei, seorang penasihat sosial Presiden reformis Iran Masoud Pezeshkian, mengatakan bahwa kematian Sanjari harus menjadi subjek peninjauan pemerintah.
Ranieri dilaporkan memimpin meningkatnya jumlah bunuh diri di negara Islam itu sebagai mengkhawatirkan.
Menurut The Times of Israel, Sanjari telah menuntut pembebasan juru kampanye veteran Fatemeh Sepehri, Nasreen Shakarami, ibu dari seorang remaja yang tewas selama protes 2022, rapper Tomaj Salehi, dan aktivis hak-hak sipil Arsham Rezaei.
"Jika mereka tidak dibebaskan dari penjara pada pukul 19:00 hari ini, Rabu, dan berita pembebasan mereka tidak dipublikasikan di situs berita peradilan, saya akan mengakhiri hidup saya sebagai protes terhadap kediktatoran pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan kaki tangannya," katanya dilaporkan oleh The Times of Israel.
"Hidup saya akan berakhir setelah tweet ini tetapi jangan lupa bahwa kita mati dan mati untuk cinta hidup, bukan kematian," tambahnya.
Sanjari bekerja dengan Voice Of America (VOA) dari 2008 hingga 2013 dan merupakan lawan otoritas ulama Republik Islam.
ABC News melaporkan bahwa direktur VOA, Michael Abramowitz, menyampaikan belasungkawanya dalam sebuah email kepada staf.
"Terlepas dari penindasan yang tak terbayangkan, orang-orang Iran yang berani terus mempertaruhkan nyawa mereka untuk membuat suara mereka didengar," tulis Abramowitz.
"Saya sangat menghormati mereka yang menggunakan suara mereka untuk menyampaikan kebenaran kepada rakyat Iran. Itu termasuk banyak dari Anda, dan tentu saja Kianoosh," tulisnya dalam email.
(***)