RIAU24.COM - Pendaftaran pernikahan di China menurun dalam sembilan bulan pertama pada 2024, menurut data resmi kementerian urusan sipil.
Selama tiga kuartal pertama tahun ini, 4.747 juta pasangan terdaftar secara nasional. Itu adalah penurunan tahun-ke-tahun hingga 943.000, menurut perhitungan data Reuters.
Pemerintah merilis data terbaru pada hari Jumat (1 /11/2024). Pada 2023, tercatat 5,69 juta pendaftaran pernikahan selama sembilan bulan pertama, meningkat dari 2022.
Ketidakpastian ekonomi yang meningkat dan biaya hidup tinggi di China memaksa banyak pasangan muda untuk menunda pernikahan, sebuah tanda yang meresahkan bagi para pembuat undang-undang yang telah mendorong kebijakan untuk meningkatkan populasi menyusut.
China baru-baru ini merevisi rancangan undang-undang yang mempermudah pasangan untuk mendaftarkan pernikahan, sementara mengajukan perceraian akan menjadi lebih sulit.
Selama tiga kuartal pertama pada 2024, tercatat 1,967 juta perceraian, turun tipis 6.000 dari tahun ke tahun, menurut data tersebut.
Awal tahun ini, China melaporkan penurunan tahun kedua dalam angka kelahiran nasional, yang mendorong pemerintah untuk memberlakukan proyek dan inisiatif di kota-kota besar guna memacu kaum muda China untuk menciptakan budaya perkawinan dan melahirkan anak 'era baru' demi menumbuhkan lingkungan yang ramah bagi kelahiran anak.
Menikah dan memiliki anak telah menjadi topik hangat di kalangan kaum muda China dan memunculkan diskusi besar serta topik yang menjadi tren di media sosial.
Banyak kaum muda China memilih untuk tetap melajang atau menunda menikah karena prospek pekerjaan yang buruk dan kekhawatiran tentang masa depan di tengah pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut melambat.
Presiden China Xi Jinping bahkan turut berkomentar, dengan mengatakan bahwa perempuan memiliki peran penting dan harus membangun tren keluarga baru. ***