Mantan PM Belanda Mark Rutte Ambil Alih Sebagai Kepala NATO yang Baru, Suarakan Dukungan Kuat untuk Ukraina

R24/tya
Kepala NATO baru Mark Rutte (kiri) dengan kepala Jens Stoltenberg (kanan) pada pertemuan Dewan Atlantik Utara, di markas besar Aliansi di Brussels pada 1 Oktober 2024 /Reuters
Kepala NATO baru Mark Rutte (kiri) dengan kepala Jens Stoltenberg (kanan) pada pertemuan Dewan Atlantik Utara, di markas besar Aliansi di Brussels pada 1 Oktober 2024 /Reuters

RIAU24.COM - Mantan perdana menteri Belanda Mark Rutte pada Selasa (1 Oktober) mengambil alih sebagai kepala baru Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO).

Rutte mengambil alih dari Jens Stoltenberg sebagai sekretaris jenderal NATO.

"Saya bertekad untuk mempersiapkan NATO menghadapi tantangan masa depan," kata Rutte.

Stoltenberg, mantan perdana menteri Norwegia, mengundurkan diri sebagai bos aliansi militer yang beranggotakan 32 negara setelah dekade yang bergejolak yang ditandai terutama oleh invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Rutte menyuarakan dukungan kuat untuk Ukraina

Rutte menyuarakan dukungan kuat untuk Ukraina dan menunjukkan bahwa tidak akan ada keamanan abadi di Eropa tanpa Ukraina yang kuat dan merdeka."

Dia menambahkan bahwa dia ingin meningkatkan dukungan aliansi militer untuk Kyiv dan membawanya lebih dekat ke NATO.

"Kita harus mempertahankan dukungan ini di masa depan, karena tempat yang sah Ukraina ada di NATO," tambahnya.

Penunjukannya sebagai bos NATO yang baru datang ketika Rusia terus berperang dan ada ketidakpastian atas dukungan Barat di masa depan untuk Ukraina dan meningkatnya seruan untuk resolusi konflik.

NATO, yang anggotanya telah memasok 99 persen dari semua persenjataan asing ke Ukraina, sepakat pada KTT pada Juli tahun ini untuk memainkan peran yang lebih besar dalam mengirimkan senjata itu dan Rutte akan menjadi kunci dalam mengelola dukungan, sebuah laporan oleh kantor berita AFP mengatakan.

Tidak khawatir tentang pemilihan presiden AS yang akan datang

Rutte juga mengatakan pada hari Selasa bahwa dia tidak khawatir tentang pemilihan presiden 5 November mendatang di Amerika Serikat (AS). Rutte menunjukkan bahwa dia bisa bekerja dengan Donald Trump atau Kamala Harris.

"Saya bekerja selama empat tahun dengan Donald Trump. Dia adalah orang yang mendorong kami untuk menghabiskan lebih banyak (untuk pertahanan), dan dia berhasil karena memang, saat ini, kami sekarang berada pada tingkat pengeluaran yang jauh lebih tinggi daripada ketika dia menjabat," tambah Rutte.

"Kamala Harris memiliki catatan fantastis sebagai wakil presiden. Dia adalah pemimpin yang sangat dihormati, jadi saya akan dapat bekerja dengan keduanya," katanya.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak