RIAU24.COM - Kecerdasan buatan (AI) dipakai para hacker untuk menyerang sistem infrastruktur suatu lembaga.
"Mereka menyerang kita menggunakan AI. Bagaimana kita bertahan di Indonesia kalau kita tidak punya infrastruktur yang mumpuni untuk bertahan," ujar Chief Cloud Officer Gidion Suranta Barus dilansir dari cnbcindonesia, Rabu (21/8).
Kunci untuk bisa menghalau serangan ini adalah disiplin dari berbagai sisi. Pertama dari sisi pemerintah, mulai dari perencanaan, aksi hingga respon jika terjadi serangan.
"Jadi punya governance, kalau nggak disiplin melaksanakan ya sama aja," kata President Director & CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena, pada kesempatan yang sama.
Baca Juga: Review Xiaomi Redmi Note 10 yang Laris di Pasar Indonesia
Kemudian, suatu lembaga atau perusahaan wajin menerapkan zero trust. Menurut Bayu, berdasarkan para ahli, tidak ada yang bisa menjamin terjadi serangan dari hacker.
"Yang benar adalah, kita cepet detect, cepat respons," ujar Bayu.
"Jadi governance, disiplin, zero trust. Tetap jangan percaya, kita udah punya governance bagus. Yang attack itu pake AI makin pintar," imbuh Bayu.
Dalam kesempatan itu, Lintasarta baru saja merilis GPU Merdeka (Graphics Processing Units) sebagai GPU-as-a-Service (GPUaaS) untuk infrastruktur AI.
Baca Juga: Produsen Baterai Mobil Listrik Terbesar Eropa Gulung Tikar, Kok Bisa?
Untuk menghadirkannya, Lintasarta menggandeng Nvidia sebagai partner, menyediakan setidaknya 1.000 unit GPU Nvidia H100 Tensor Core yang bisa dimanfaatkan oleh industri di Indonesia.
GPU Merdeka akan menghadirkan infrastruktur dan platform AI cloud untuk pelaku bisnis nasional, lengkap dengan akses ke GPU tercepat dari Nvidia dengan data center high-density yang ada di market saat ini.
“Kita tidak hanya menyediakan GPU-nya di Indonesia, tapi bekerja sama dengan Nvidia, Nvidia memiliki satu platform yang berhubungan dengan security," terangnya.