RIAU24.COM - SIAK- Komisi lll Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Siak melakukan kunjungan kerja (kunker)ke Kabupaten Bekasi Jawa Barat belum lama ini.
"Kunjungan kerja tersebut salah satunya terkait kinerja Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam pengelolaan tumpukan sampah ditempat pembuangan akhir (TPA) per harinya mencapai 2000 ton.
"Coba Kalikanlah kalau satu bulan" kata Muhtarom S.Ag, anggota Komisi lll DPRD Kabupaten Siak.
Anggota DPRD Kabupaten Siak Muhtarom.S.Ag, saat di lokasi sampah tersebut bersama komisi lll Terus mendalami dan mencari tau bagaiman cara pengelolaan, ternyata ada beberapa strategi dilakukan diluar TPA dengan menggunakan alat, tetapi ada pemilahan antara organik dengan yang bukan organik, kalau sifatnya plastik mereka punya kerja sama dengan kelompok- kelompok dan pengrajin, setelah dipilah- pilah pada waktunya mereka baru mengambil" ungkapnya.
Ketika itu, lanjut Muhtarom, dicontohkannya ke kami hasil pengrajin mereka seperti tas yang berasal dari sampah, kemudian yang organik mereka membuat kelompok- kelompok dengan masyarakat membuat budidaya maggot untuk keperluan Pakan ternak yang bergizi tinggi, karena mengandung pertumbuhan dan perkembangan ternak seperti unggas, ikan, ayam ,kucing dan yang lainnya.
Selain membantu mengurangi timbunan sampah organik, budidaya maggot juga akan menjadi peluang bisnis sekaligus mendatangkan nilai ekonomis bagi masyarakat, intinya, DLH bisa merubah sampah menjadi makanan ternak.
Untuk tahap awal pengelolaan, Pemerintah Kabupaten Bekasi membantu menyalurkan bantuan dengan menggunakan Dana APBD, untuk keperluan berupa pelatihan, pembuatan rumah maggot hingga penyediaan bibit" ujarnya.
Setelah itu, mereka membuat kelompok 2 masyarakat untuk membuat maggot dari sampah organik, yang berasal dari ulat- ulat sampah akan dibentuk berupa kemasan, dengan cara benih selama 45 hari, kemudian panen, lalu dijual dengan mendapatkan hasil yang maksimal.
Peluang bisnis budidaya maggot sebetulnya cukup bagus, cuma, memang banyak yang belum melirik karena kalau berbicara sampah ini masih identik dengan kotor, bau, dan membawa penyakit, padahal tidak, lalat BSF ini beda dengan jenis lalat biasa , karena larva yang dihasilkan bukan larva yang menjadi medium penularan penyakit, malah maggot yang dikemas bisa dimakan manusia" sebut Muhtarom.
Muhtarom menambahkan, satu kali panen bisa mencapai puluhan kilogram, kalau hasilnya melimpah lalu dikeringkan dijual dalam kemasan ke Toko penjual pakan unggas dan ikan di daerah sekitar lingkungan, dengan sistim titip jual.
Dengan harapan, masyarakat Kabupaten Siak ke depan ada yang tertarik dengan budidaya maggot ini, karena selain bisa membantu pemerintah daerah setempat mengatasi persoalan sampah sekaligus mendatangkan nilai ekonomis bagi warga.
“Kepada Pemerintah juga kita harapkan agar bisa membantu masyarakat, mulai dari perkotaan sehingga sampai ke kampung- kampung, dalam mengembangkan budidaya tersebut,” tutupnya. (Infotorial)