Jubir Kemlu Amerika Mundur Imbas Agresi Israel ke Gaza, Sebut: Kami di Pihak yang Salah

R24/zura
Jubir Kemlu Amerika Mundur Imbas Agresi Israel ke Gaza, Sebut: Kami di Pihak yang Salah. (X/Foto)
Jubir Kemlu Amerika Mundur Imbas Agresi Israel ke Gaza, Sebut: Kami di Pihak yang Salah. (X/Foto)

RIAU24.COM -Eks juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Hala Rharrit, mengungkap alasan dirinya melepaskan karier sebagai diplomat AS.

Rharrit mengaku bahwa dirinya merasa berada di pihak yang salah selama bekerja sebagai diplomat.

Baca Juga: Korea Utara Menembakkan Rudal Balistik Setelah Menolak Transfer Senjata Rusia  

Perasaan itu pada dasarnya mulai berkecamuk ketika Israel melancarkan agresinya di Jalur Gaza, Palestina.

"Pada dasarnya saya menyadari bahwa kami berada di sisi sejarah yang salah dan kami sedang menyakiti kepentingan kami," kata Rharrit dilansir CNN pada Sabtu (4/5). 

Rharrit merujuk pada dukungan kuat pemerintah AS terhadap Israel dalam perangnya dengan kelompok Hamas. 

Dia menilai dukungan seperti ini tak benar, karena baik dirinya maupun rekan-rekannya tak pernah menyangka bahwa konflik Israel-Hamas akan menewaskan lebih dari 34 ribu warga Palestina.

"[Kami] tahu jelas akan ada reaksi keras (imbas serangan Hamas 7 Oktober lalu), tapi saya kira tak ada yang memprediksi bahwa hasilnya akan menewaskan 34.000 orang dan menyebabkan kelaparan di Gaza," ujar dia.

Rharrit merupakan diplomat AS pertama yang mengundurkan diri di tengah perang Israel-Hamas. 

Dia telah bekerja di Kementerian Luar Negeri AS sejak 2006, dan posisi terakhirnya yakni sebagai juru bicara bahasa Arab untuk Kemlu.

Selain Rharrit, dua pejabat Kemlu AS lainnya juga ikut mengundurkan diri sebagai protes atas kebijakan AS di Gaza. Mereka adalah Josh Paul dan Annelle Sheline.

Saat bicara, Rharrit mengaku bahwa sebelum ini, tak pernah sedikit pun tebersit pikiran dalam dirinya untuk mengundurkan diri dari posisinya sekarang.

Namun, kebijakan-kebijakan AS mengenai konflik Israel-Hamas tak bisa ia toleransi. Menurut Rharrit, ada "standar ganda" yang dilakukan AS terkait konflik ini.

Rhirrait tak menjabarkan apa bentuk kebijakan standar ganda tersebut. Ia hanya menyampaikan bahwa poin-poin kebijakan AS selama ini "sangat jauh dari apa yang dilihat orang-orang setiap hari."

Poin-poin itu utamanya "berfokus pada audiens domestik AS."

Meski sudah mewanti-wanti bahwa kebijakan AS tak manusiawi bagi rakyat Palestina, para petinggi Kemlu AS justru meredam dan mengabaikan suaranya.

"Saya hanya direspons: Anda tak mau bekerja," tutur Rharrit.

Dia juga membeberkan bagaimana pernyataan dan sikap pemerintah AS bertentangan satu sama lain. 

Misalnya, ketika AS menekan Israel untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk.

Pada saat yang bersamaan, AS justru terus memasok senjata ke Israel.

Baca Juga: Universitas Ghent di Belgia Memutuskan Hubungan dengan 3 Institusi Israel  

"Gagasan bahwa kami terlibat dalam pembunuhan warga sipil itu adalah hal yang sangat sulit dan menghancurkan bagi seorang diplomat untuk diakui," jelasnya.

"Apa yang Anda lakukan dengan informasi tersebut jika Anda bukan orang yang bisa mengubah kebijakan?" lanjut Rharrit.

Rharrit memutuskan mundur sebagai juru bicara Kemlu AS pada 24 April lalu.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak