RIAU24.COM - Angkatan bersenjata Sudan dan milisi Pasukan Pendukung Cepat (RSF) sepakat gencatan senjata. Penandatanganan gencatan senjata dilakukan Sabtu (20/5) malam waktu setempat.
Sebelumnya upaya gencatan senjata antara tentara Sudan dan RSF cenderung gagal dalam beberapa menit setelah dimulai.
Tetapi kesepakatan baru itu akan ditegakkan oleh "mekanisme pemantauan gencatan senjata", menurut pernyataan AS dan Saudi.
Baca Juga: Pejabat Brasil Temukan Pekerja China Dalam Kondisi Seperti Perbudakan di Lokasi Konstruksi BYD
Gencatan senjata selama tujuh hari dilakukan dengan alasan kemanusiaan dan para pejabat Sudan telah setuju untuk memulihkan layanan yang terbilang penting, dikutip dari laman BBC, Senin (22/5).
Pertempuran antara kedua belah pihak telah menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan sejak dimulai bulan lalu, dengan lebih dari satu juta orang diperkirakan telah mengungsi.
Stok makanan, uang, dan kebutuhan pokok menurun dengan cepat dan kelompok bantuan berulang kali mengeluh tidak dapat memberikan bantuan yang memadai di ibu kota Sudan, Khartoum, tempat banyak kekerasan terjadi.
Baik tentara reguler maupun RSF didesak untuk mengizinkan distribusi bantuan kemanusiaan, memulihkan layanan penting, dan menarik pasukan dari rumah sakit.
Amerika Serikat dan Arab Saudi, yang mensponsori pembicaraan damai di Jeddah, mengatakan gencatan senjata akan mulai berlaku pada Senin malam.
Baca Juga: Laporan: Pakistan Akan Akuisisi 40 Jet Tempur J-35 Dari China
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Luar Negeri AS mengakui upaya sebelumnya yang gagal dalam menengahi perdamaian di Sudan.
"Tidak seperti gencatan senjata sebelumnya, kesepakatan yang dicapai di Jeddah ditandatangani oleh para pihak dan akan didukung oleh mekanisme pemantauan gencatan senjata yang didukung AS-Saudi dan internasional," katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.